Musim ini Manchester City menghabiskan banyak dana untuk membeli pemain belakang yang mana menjadi titik lemah pada musim sebelumnya. Sebut saja Benjamin Mendy dari AS Monaco, Danilo dari Real Madrid, Kyle Walker dari Tottenham dan Laporte dari Atletico Bilbao. Tidak tanggung-tanggung, harga pemain belakang tersebut sangatlah mahal, bahkan masuk dalam daftar pemain belakang termahal, meski  Virgil Van Dijk menjadi pemain belakang termahal saat ini. Pemain belakang tersebut diyakini menjadi pemain kunci perjalanan the Cityzen musim ini sesuai cara dan gaya yang diinginkan Pep Guardiola.
Jika dilihat gaya gaya bermain, Pep menginginkan pemainnya untuk memenangkan penguasan bola di berbagai lini sembari menarik pemain lawan untuk berani keluar sehingga mendapat ruang untuk melakukan eksplorasi. Pemain belakang memainkan perang penting disini, khususnya fullback. Dengan preferensi skema 3-1-4-2 dan 4-1-4-1 Legenda Barcelona tersebut menginginkan pemain belakang sayap untuk membantu serangan dengan tipikal pemain bertenaga, cerdas dan kuat.
Ketiga ruang tersebut belum tertata dengan spesifik dan detail sebagaimana berbeda dengan Pep. Cara guardiola mengharuskan pemain untuk berada dalam satu garis untuk dua pemain disetiap kotak yang disediakan, semua fullback didorong kedepan dalam skema menyerang, meninggalkan tiga pemain dibelakang, gelandang jangkar dan dua bek tengah.
Guardiola membagi sepuluh pemain minus kiper ke dalam dua blok, lima pemain untuk blok bertahan dan sisanya untuk menyerang. Dengan adanya inverted fullbacks Pep ingin keduanya mendukung posisi bermain ke pemain tengah dan depan, setidaknya pemain tidak dibiarkan menyerang dari sayap sendirian, artinya tidak selalu one-on-one, selalu ada yang naik membantu dari penyerang sayap. Dalam skema ini, Fernandinho ditarik kebelakang untuk membuka ruang sekaligus menutup ruang lini tengah ke area pertahanan Manchester City.
Gaya ini seperti halnya Marcelo Bielsa yang menyarankan pemain bertahan lebih banyak dari pada striker. Pemain bertahan sayap harus ekstra kerja keras untuk membantu menyerang dan bertahan.
Posisi ini memberi ruang Silva untuk memberikan penetrasi, sedangkan De Bruyne diberikan ruang untuk memberikan umpan sebanyak-banyaknya. Adapun di depan, peran Sterling, Leroy Sane ataupun Bernardo Silva juga menjadi opsi menyerang yang tak kalah mematikan didukung skill individu yang mumpuni dan jelas. Disisi lain, Aguerro ataupun Gabriel Jesus didukung oleh sistem yang bekerja ini sehingga tidak heran jika City telah mencetak seratus gol di semua kompetisi musim ini dan hanya kalah sekali di liga sampai saat ini.
Inilah mengapa penyerang sayap The Cityzen sangat nyaman untuk bermain dan mengoperasikan skema dan taktik Guardiola dengan berbagai peran dan fungsi. Memang tidak mudah bersaing di Liga Inggris, buktinya musim pertama Guardiola belum begitu mulus. Tapi support dari manajemen Man City untuk membeli pemain seperti yang diinginkan Pep tentu menjadi faktu penentu musim ini, khususnya pembelian pemain belakang.
Menarik untuk dilihat sejauh mana The Cityzen dapat bertahan dengan cara bermain seperti ini, mengingat tidak ada klub yang mampu mempertahankan skema bermain dalam waktu yang lama. Sebut saja Antonio Conte yang membawa Chelsea juara dengan skema 3-4-3 musim lalu yang mulai terbaca musim. Memang Piala liga sudah ditangan dan juga liga primer tinggal menunggu waktu.
Yang tidak kalah menariknya lagi, mungkinkah Guardiola mampu melaju sejauh mungkin di Liga Champions Eropa dengan cara ini ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H