Mohon tunggu...
Ahalla Tsauro
Ahalla Tsauro Mohon Tunggu... Mahasiswa - Pelajar, Penerjemah & Penggemar Sepak Bola

Karena Anda bukan siapa-siapa, maka menulislah

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Menikmati Pecel Gholib Kutorejo Tuban

7 Februari 2018   16:17 Diperbarui: 7 Februari 2018   16:23 1143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mbak Nur (dokumen pribadi)

Salah satu rumah sederhana di Kutorejo gang 1 Tuban selalu ramai didatangi pengunjung, biasanya mulai pukul 7 pagi hingga pukul 11, apalagi jika akhir pekan durasi keramaian tersebut bisa jadi lebih cepat dari biasanya. Para pengunjung tersebut datang dan bahkan rela menunggu antrian hingga satu jam untuk mendapatkan kuliner dari Kutorejo tersebut, orang-orang disana menyebutnya "Pecel Gholib" karena nama tersebut diambil dari nama pemilik rumah. Letaknya berdekatan dengan Langgar Pais dan TK Muslimat NU, juga alun-alun Tuban kisaran 500 meter.

Mbak Nur- begitu sapaan orang sekitar, penjual setia pecel menceritakan bahwa ia membuka warung sarapan tersebut sejak 17 tahun silam, tepatnya tahun 2001. Bersama anggota keluarganya, persiapan dari malam hari hingga penyajian dipagi hari dibagi secara merata, ada yang di dapur, di ruang keluarga ada juga yang membantu di samping meja hidangan.

Mbak Nur (dokumen pribadi)
Mbak Nur (dokumen pribadi)
Ia membuka gerai makanan di teras rumahnya dengan menyiapkan meja untuk menaruh hidangan yang ditunggu pembeli. Ada sayur lodeh, kangkung,cambah, tahu bali, mie, telor dadar, temped an ote-ote. Pembeli dipersilahkan untuk menyantap makanan di ruang keluarga maupun dibungkus bawa pulang.

Ketika seorang pembeli ditanya, mengapa suka pecel gholib. Ia menjawab karena pecel yang disiram diatas sayur dan nasi membuatnya ketagihan. Ia masih penasaran bagaimana Mbak Nur mengaduk pecel tersebut sehingga rasanya terasa begitu berbeda. Selain itu, tambahnya, menikmati pecel dengan alas daun jati terasa nikmat. Memang sayur lodeh dan bumbu pecel terserap di daun itu, namun justru itu yang diinginkannya tanpa mengurangi rasa nikmat pecel.

Menariknya, bukan hanya transaksi jual beli saja yang terjadi disana. Seringkali ditengah antrian yang panjang Mbak Nur berinteraksi dengan para pembeli, sekilas tampak rukun bersenda gurau sembari menunggu. Lucunya tidak sedikit pula yang curi-curi posisi untuk minta didahulukan. Selain itu, tidak jarang juga pembeli yang bercerita tentang aktivitas keseharianya, keluarganya dan teman-temannya.

Sekilas makanan pecel terdengar sederhana, apalagi bagi orang jawa timuran, makanan dengan bumbu pecel tersebut sudah menjadi bagian tradisi kuliner, tidak hanya sarapan saja, bahkan makan siang dan makan malam pun ada saja yang menyantap pecel. Pecel sudah menjadi bagian dari budaya kuliner khas Indonesia. Bumbu yang dibuat dari kacang tersebut seorang menjadi bagian penting dalam meningkatkan nafsu makan. Umumya makanan tersebut dilarutkan dengan air panas hingga menjadi sambal atau kuah yang siap disantap. Meski begitu, beberapa orang juga memilih untuk menyantapnya dengan memakan bumbu keringnya saja.

Sudah sarapan pecel kah anda pagi ini ? mari mecel.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun