Pria berjas biru itu duduk di kursi plastik berwarna merah, di sekitar warung sederhana, sambil bertepuk tangan mengikuti irama lagu, sembari tersenyum melihat orang-orang disekitarnya memainkan alat musik dan geleng-geleng kepala menikmati keserasian musik dan lirik.Â
Begini salah satu liriknya,
Jambalaya and a crawfish pie and fillet gumbo
Cause tonight I'm gonna see my ma cher amio
Lagu milik The Carpenters dengan judul Jambalaya on the bayou tersebut memang pas dinyanyikan ditengah melepas kepenatan aktivitas sehari-hari, apalagi ketukan irama musiknya seakan merayu kaki untuk menghentak pelan, mengangkat jari sambil membunyikannya, mengoyangkan kepala saking nikmatnya. Begitulah indahnya dan nikmatnya memainkan musik yang membuat suasana sekitar menjadi gembira.
Gitar, biola, dan alat musik berupa botol berisi pasir yang dimainkan dengan sederhana itu terasa istimewa. Karena Komunitas Musik Jalanan Kota Bandung itu tidak sendirian, melainkan ada Pria berjas biru yang juga sama-sama ber-Jambalaya. Walau ia tidak bisa memaikan musik dan juga bernyanyi, ia tetap mengapresiasi dengan senang hati.
Tidak sedikit orang orang mengabadikan momen ini melalui ponsel pintarnya, ada yang memotret, merekam, dan juga buat story instagram kekinian ala anak jaman now.
Pria berjas biru itu adalah orang nomor satu di negeri ini. Ia tak malu ataupun gengsi untuk duduk bersama musisi jalanan sebentar untuk bertemu warga secara spontan, karena sebelumnya habis makan sate kambing di sekitar jalan asia afrika. Meminjam istilahnya Mas Aiman Witjaknoso yaitu panggung dadakan, panggung tanpa status sosial, karena semua duduk bersama, sama rasa, sama rata, walau cuma sejenak. Ia tidak sendirian, ada juga menteri PU dan perumahan rakyat, Basoeki Hadimoeljono yang ternyata mahir memainkan gitar.Â
Melihat rekam jejak beliau sebagai fans salah satu grup rock ternama, tidak heran jika beliau mengapresiasi musisi di Indonesia, termasuk musisi jalanan di Kota Bandung. Publik tentu masih ingat, ketika beliau meminta Raisa Andriana untuk menyanyi lagu nasional ditengah peringatan Hari Musik Nasional. Pelantun apalah arti menunggu itu bahkan diberi hadiah sepeda oleh jokowi sebagai hadiah nyanyi di istana waktu itu.
Sampai kapan pun, musik tidaklah lekang oleh waktu, musik juga selamanya menjadi tempat meluapkan ekpresi, emosi dan terkadang menghadirkan kebahagiaan sejenak. Ia adalah identitas sosial yang mampu mempersatukan berbagai macam kelas.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H