Malang, Jawa Timur-- Sebuah penelitian yang dilakukan oleh tim dari Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Malang, dipimpin oleh Drs. Sugiyanto., M.Pd dan berangotakan Dr. Arief Darmawan., M.Pd serta Dr. Surya Adi Saputra., M.Pd, berhasil menemukan potensi besar permainan tradisional dalam membantu meningkatkan keterampilan motorik anak-anak dengan autisme. Hasil temuan ini membuka perspektif baru dalam dunia pendidikan dan terapi bagi anak-anak berkebutuhan khusus.
Anak-anak dengan autisme sering kali menghadapi berbagai tantangan dalam perkembangannya, khususnya dalam aspek motorik, kognitif, sosial, dan emosional. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah kesulitan dalam komunikasi dan interaksi sosial. Selain itu, anak-anak dengan autisme juga mengalami gangguan pada otak kecil, yang bertanggung jawab atas kontrol motorik mereka. Kondisi ini memerlukan solusi terapi yang tepat agar anak-anak autis dapat mengoptimalkan kemampuan motorik mereka.
Menurut data tahun 2015, terdapat 656 anak autis di Indonesia, sementara angka global menunjukkan bahwa lebih dari 35 juta orang di seluruh dunia hidup dengan kondisi ini. Di Provinsi Bengkulu sendiri, terdapat 119 anak autis yang terdiagnosa di berbagai rumah sakit. Situasi ini semakin menegaskan pentingnya metode efektif yang dapat membantu anak-anak autis dalam meningkatkan kemampuan mereka, terutama dalam hal motorik.
Tim peneliti dari Universitas Negeri Malang menawarkan solusi melalui terapi bermain, terutama menggunakan permainan tradisional yang familiar bagi anak-anak Indonesia. Drs. Sugiyanto., M.Pd dan timnya menekankan bahwa permainan tradisional seperti engklek dan lompat tali tidak hanya menyenangkan, tetapi juga sangat efektif dalam mengembangkan keterampilan motorik anak autis. Aktivitas bermain ini memberikan kesempatan bagi anak-anak untuk belajar beradaptasi, bersosialisasi, dan mengasah keterampilan motorik mereka secara alami.
Penelitian ini membagi keterampilan gerak ke dalam tiga kategori utama: keterampilan lokomotor, non-lokomotor, dan manipulatif. Permainan tradisional yang diujicobakan terbukti memberikan dampak positif dalam ketiga aspek tersebut. Selain mengasah keterampilan fisik, permainan ini juga mendukung perkembangan sosial dan emosional anak-anak autis. Ini sangat penting, mengingat banyak anak autis yang mengalami kesulitan dalam interaksi sosial dan pemahaman emosional.
Dalam pelaksanaannya, penelitian ini menggunakan desain eksperimen dengan melibatkan kelompok kontrol. Subjek penelitian terdiri dari delapan anak autis yang dibagi menjadi dua kelompok. Kelompok pertama menerima intervensi berupa terapi permainan tradisional, sementara kelompok kedua tidak. Hasil penelitian menunjukkan peningkatan yang signifikan pada keterampilan motorik anak-anak dalam kelompok yang menerima terapi bermain. Hal ini memberikan bukti kuat bahwa permainan tradisional dapat menjadi metode terapi yang efektif.
Selain itu, penelitian ini juga menyoroti pentingnya keterlibatan orang tua dan guru dalam mendampingi anak autis selama proses terapi. Pendekatan kolaboratif antara orang tua, guru, dan terapis dapat membantu anak-anak autis belajar lebih baik dan lebih cepat beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Hal ini sejalan dengan literatur yang menunjukkan bahwa aktivitas fisik, khususnya melalui permainan, memiliki peran penting dalam perkembangan anak secara keseluruhan.
Implikasi dari penelitian ini sangat relevan untuk dunia pendidikan, khususnya dalam konteks pendidikan inklusi. Permainan tradisional yang telah lama menjadi bagian dari budaya Indonesia dapat diintegrasikan ke dalam kurikulum pendidikan inklusi untuk membantu anak-anak autis dalam perkembangan mereka. Tidak hanya dalam aspek motorik, tetapi juga dalam meningkatkan kemampuan interaksi sosial anak-anak.
Penelitian ini membuka wawasan baru bahwa aktivitas fisik, terutama permainan tradisional, memiliki manfaat yang jauh lebih luas daripada sekadar hiburan. Dengan terapi bermain, anak-anak autis tidak hanya memperoleh manfaat fisik tetapi juga emosional dan sosial. Pendekatan holistik ini sangat penting untuk mendukung perkembangan anak-anak autis agar mereka dapat mencapai potensi terbaiknya. Â Dengan kerja sama yang baik, diharapkan anak-anak autis dapat memperoleh kesempatan yang lebih baik untuk berkembang dan berprestasi di masa depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H