Pagi ini aku terbangun seperti biasanya walaupun tadi malam terpaksa tidur setelah jam 24:00. Aku katakan terpaksa karena memang tidak sengaja punya niat untuk tidur telat pada tanggal 31-Desember malam. Terpaksa karena jalan di depan rumahku hingar-bingar. Ada sirine walsus, entah wong penting entah artis datangan. Ada yanglewat dengan membunyikan klakson bersahut-sahutan. Ada juga yang dar-der-dor meluncurkan kembang api. Tidak ketinggalan suara trompet yang mengganggu telinga. Begitulah jika rumah terletak di jalan antara dua tempat pelaksanaan rutin acara/keramaian yang istimewa.
Lain dari biasanya. Bertepatan dengan teng bunyi lonceng jam 00:00 untuk tanggal 01-Jan-2012, kotaku diguyur hujan yang lumayan deras. Mungkin hujan itu akan mempunyai arti tersendiri bagi sebagian orang. Terbayanglah dalam pikiranku betapa sibuknya mereka yang sedang menggelar dagangannya lalu mendadak harus melindungi dagangannya dari hujan. Terbayang juga bagaimana sibuknya orang-orang yang sedang menikmati hiburan dilapangan terbuka itu mencari tempat berteduh walaupun pasti ada sebagian dari mereka yang tetap bertahan dalam hujan.
Teringat juga semasa aku muda dulu. Hujan selalu menciptakan kenangan indah kalau sedang bersama pacar. Pernah sejauh 80 km, tetap semangat bermotor dalam hujan tanpa perlengkapan yang memadai. Dilain kesempatan pacar yang di boncengan tidak protes supaya minggir ketika hujan turun, bahkan dia mempererat pegangan sambil lebih merapatkan duduknya.
Huh.. pikiran mulai kemana-mana. Aku ajak istriku masuk kamar, nonton teve sambil tiduran. Tiba-tiba saja aku kaget di antara tidur dan bangun. “Ayo.. sudah lewat 15 menit” kata istriku. Aku buru-buru bangkit mempersiapan sholat subuh. Aku tidak mengucapkan “selamat tahun baru kepada istriku”. Kami hanya biasa sehari beberapakali berdoa supaya bisa “selamat dunia akhirat”.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H