Beberapa ratus meter keluar halaman rumah, aku bertemu pertigaan yang bermuara kejalan utama dua lajur. Ketika mendekat pertigaan, lampu lalin baru saja berganti kuning kemudian merah. Saat itu aku punya keperluan kearah kanan. Menunggu lampu hijau, paling depan sudah berbaris dua sepeda motor. Di kiri laki-laki dan di kanan perempuan.
Setelah beberapa saat arus kendaraan dari arah kanan berlalu dengan lancar, lampu lalin dari arahku berganti hijau. Aku tidak  bisa langsung bergerak karena motor perempuan di depanku tiba-tiba saja mati ketika mau jalan. Laki-laki yang di kiri perempuan itu tidak punya masalah sehingga bisa langsung melesat kearah kanan ketika lampu hijau.
Tiba-tiba braaakk.. satu sepeda motor dengan kecepatan tinggi dari arah kanan menabrak laki-laki yang melesat pertama dari depanku. Keduanya terpelanting dan jatuh di aspal sedangkan motor mereka berantakan di jalan. Sejenak semua diam terpaku. Demikian juga orang yang terlibat tabrakan, keduanya tergeletak tidak bergerak. Beberapa saat kemudian dengan sigap polantas yang ada di pertigaan itu mengatur dan memerintahkan kendaraan dari arahku segera bergerak sehingga aku tidak sempat memperhatikan keadaan kedua korban tersebut.
Sambil jalan aku masih sempat terpikir. Demikian qodar buat si laki-laki dan si perempuan. Jika saja motor si perempuan itu tidak mati secara tiba-tiba dan berjalan berbarengan dengan laki-laki itu, maka aku yakin akan lain kejadiannya.
Sekarang, kalau ingat kejadian itu, aku jadi lebih berhati-hati di lampu lalin. Aku tidak buru-buru tarik gas ketika kebagian paling depan. Masih banyak yang melakukan, jika lampu kuning malah tancap gas. Aku tetap sabar dan tidak peduli walaupun di belakang sering membunyikan klakson.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H