Mohon tunggu...
Nur DhuhaniaAhaddina
Nur DhuhaniaAhaddina Mohon Tunggu... Dokter - Medical doctor

Full time mother and wife Part timer medical doctor

Selanjutnya

Tutup

Healthy

Infertilitas (Part 1)

12 Januari 2020   10:31 Diperbarui: 12 Januari 2020   10:35 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kesehatan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Schantalao

Entah untuk keberapa kalinya saya dicurhati. Kali ini kedua orang tua yang curhat. Alkisah mereka memiliki anak laki-laki, usia 30 tahun. Menikah sudah 2 tahun lebih dengan perempuan usia 32 tahun atas dasar perjodohan keluarga sepertinya. 

Saya tidak pernah dengar kabar mas X itu pacaran. Saya kenal betul dengan mas X, beliau orang yang sangat penurut pada orang tuanya, manut banget sama ibunya. Saya menyaksikan sendiri ibu mas X yang sangat teliti bahkan untuk makan aja ibunya masih mendikte ini itu. Nek aku yang digituin wes ribut protes mesthi.

Alkisah setelah 2 tahun menikah dan belum dikaruniai anak, mas X periksa lab di Prodia hasilnya katanya kurang subur karena spermanya jumlahnya kurang dari normal dan kualitasnya jelek. Saya nggak lihat lab nya apakah itu Teratozoospermia (bentuknya nggak normal), asthenozoospermia (gerakannya lambat), atau kelainan lain. Oh iya mas X itu tinggal di luar Jawa di mana fasilitas untuk pengobatan infertilitas sangat tidak memadai.

Saya tanya apakah mas X ada penyakit seperti varicocele (pelebaran pembuluh vena pada testis), hidrocele (penumpukan cairan di testis), atau penyebab lain yang menyebabkan kerusakan sperma, karena saya tahu mas X tidak merokok. Kata bapaknya, mas X sudah periksa ke spesialis urologi dan dibilang semua normal. Ok, mungkin penyebabnya memang idiopatik alias wallahu a'lam. 

Saya tanya gimana kondisi pasangannya, ibunya mas X bilang kalau mbak Y, istrinya mas X sudah periksa dokter kandungan dan dinyatakan normal semua. Saya tanya lagi yang diperiksa apa saja kok sudah bilang normal. 

Saya jelaskan bahwa perempuan minimal periksa HSG untuk tahu apakah di rahimnya ada myoma, kista, atau tumor lain. Juga untuk menilai apakah kedua saluran telurnya ada yang tersumbat. Kemudian ada juga USG transvaginal untuk menilai ovulasi. Kalau sel-sel telurnya banyak tapi nggak ada yang matang saat ovulasi brarti menderita PCOS (polycistic ovarian syndromme). Jadi tidak cukup hanya dinilai dengan siklus mens yang teratur saja.

Bapak mas X bertanya pada saya, apakah ada suplemen-suplemen untuk meningkatkan kualitas sperma. Di online banyak ditawarkan dengan harga-harga yang mahal. Saya bilang kalau sudah umur di atas 30 tahun sebaiknya tidak usah buang-buang waktu dengan suplemen-suplemen nggak jelas. Jika klaim keberhasilannya cuma testimoni belaka tanpa penelitian medis. 

Jika memang benar-benar menginginkan keturunan langsung saja berobat pada ahli nya, ikhtiar yang tepat nggak usah coba-coba. Bagaimanapun juga semakin bertambah usia, cadangan telur perempuan semakin menipis (dinilai dengan pemeriksaan Anti Mullerian Hormon). Kemungkinan memiliki anak, bahkan dengan prosedur bayi tabung pun probabilitas keberhasilannya akan menurun dengan pertambahan usia.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun