Mengintegrasikan Pendidikan Salaf dan Modern: Tantangan dan Peluang
Oleh: Ahmad Najib Fu'adi, S.Pd.I., M.Pd.
Pendidikan merupakan pilar utama dalam membangun peradaban. Di Indonesia, sistem pendidikan pesantren dikenal sebagai salah satu lembaga yang paling kokoh dalam menjaga tradisi keilmuan Islam. Salah satu bentuknya adalah pendidikan salaf, yang menekankan penguasaan ilmu agama melalui metode seperti sorogan dan bandongan. Namun, di era modern ini, muncul tantangan besar untuk mengintegrasikan tradisi salaf dengan pendekatan pendidikan modern yang lebih berbasis teknologi dan kewirausahaan.
Sebagai salah satu pendidik di Ma'had Islam Robithotul Ashfiya', Gresik, saya melihat bahwa integrasi ini bukan sekadar kebutuhan, tetapi sebuah peluang besar untuk mencetak generasi yang tidak hanya kuat dalam keilmuan agama, tetapi juga siap menghadapi tantangan dunia global.
Tantangan Integrasi
Integrasi pendidikan salaf dan modern menghadapi beberapa kendala, antara lain:
Kekhawatiran Hilangnya Nilai Tradisional
Banyak pihak khawatir bahwa modernisasi dapat mengikis nilai-nilai tradisional yang menjadi inti pendidikan salaf. Contohnya, penggunaan teknologi sering dianggap mengurangi kedalaman proses belajar yang didapat dari metode klasik seperti sorogan.Keterbatasan Infrastruktur
Pesantren salaf, khususnya di daerah pedesaan, sering kali menghadapi keterbatasan fasilitas teknologi, seperti akses internet yang memadai atau perangkat belajar digital.Resistensi Perubahan
Tidak semua guru atau pengelola pesantren siap menerima perubahan. Beberapa merasa bahwa pendidikan modern terlalu menekankan aspek duniawi dan mengabaikan aspek ukhrawi.
Peluang Integrasi