Bursa saham China menghadapi tantangan serius dalam pekan ini, menciptakan riak-riak yang dapat berdampak besar pada perekonomian global. Sejumlah sektor mengalami penurunan signifikan, menandakan bahwa negara tersebut masih terus berjuang untuk pulih dari dampak pandemi dan krisis properti yang baru-baru ini mengguncang.
Dilansir dari laporan CNN pada Sabtu (3/2), upaya pemerintah untuk meningkatkan kepercayaan investor tampaknya belum sepenuhnya berhasil, dengan pasar saham mencatat kerugian total sekitar US$6 triliun atau setara dengan Rp94.319,1 triliun (menggunakan asumsi kurs Rp15.719 per dolar AS) dalam tiga tahun terakhir. Meskipun sejumlah langkah telah diambil untuk memulihkan keadaan, proyeksi mengindikasikan bahwa capital outflow atau dana asing yang keluar dari pasar saham masih akan terus berlanjut dalam pekan mendatang.
Indeks Shanghai Composite, sebagai indikator utama performa pasar saham, mengalami penurunan mencolok sebesar 6,2%. Ini merupakan pelemahan mingguan terbesar yang tercatat sejak Oktober 2018. Sementara itu, indeks Komponen Shenzhen turun 8,1%, mencatatkan penurunan terbesar dalam tiga tahun terakhir. Dengan demikian, total pelemahan indeks Shanghai Composite dan Komponen Shenzhen mencapai lebih dari 8% dan 15% masing-masing sejak awal tahun.
Penting untuk dicatat bahwa tidak hanya bursa saham utama yang terkena dampak; indeks blue-chip CSI 300 China, yang mencakup 300 saham utama yang terdaftar di Shanghai dan Shenzhen, juga turun sebesar 4,6%. Performa ini mencatatkan minggu terburuk sejak Oktober 2022. Keseluruhan kondisi ini menciptakan kekhawatiran serius di kalangan investor, memunculkan pertanyaan tentang kesehatan ekonomi China dan dampaknya terhadap pasar global.
Ekonomi China saat ini sedang berada dalam kondisi sulit, dengan penurunan permintaan yang signifikan pada pasar real estat, mencapai tingkat terlemah sepanjang sejarah. Faktor-faktor lain, seperti tingkat pengangguran yang tinggi, deflasi, dan penurunan angka kelahiran yang cepat, semakin menambah kerumitan situasi ekonomi di negara ini. Tantangan ini memberikan dampak negatif pada keyakinan investor, menciptakan ketidakpastian yang lebih besar terkait dengan masa depan perekonomian China.
Dana Moneter Internasional (IMF) menaruh perhatian khusus pada pertumbuhan ekonomi China, memperkirakan penurunan menjadi 4,6% pada tahun 2024. Angka ini menjadi salah satu performa terlemah dalam beberapa dekade terakhir, turun dari pertumbuhan sebesar 5,2% yang tercatat sepanjang tahun 2023. Perekonomian Beijing diperkirakan akan terus mengalami penurunan, dengan proyeksi hanya mencapai pertumbuhan sebesar 3,5% pada tahun 2028 mendatang.
Salah satu pukulan terberat pada pasar real estat China datang pada pekan ini, ketika pengadilan Hong Kong memerintahkan likuidasi Evergrande, perusahaan properti raksasa China yang menjadi pemicu krisis real estat di negara tersebut. Keputusan ini bukan hanya mengguncang industri properti China, tetapi juga memunculkan sejumlah pertanyaan serius tentang masa depan bisnis yang tumbuh pesat di negara itu.
Krisis properti ini menciptakan tekanan tambahan pada sektor ekonomi yang telah terguncang. Pengembang properti lainnya juga merasakan dampaknya, menciptakan ketidakpastian yang lebih besar tentang stabilitas pasar real estat China. Dengan adanya likuidasi Evergrande, investor menjadi semakin hati-hati dan mencermati potensi dampaknya terhadap sektor bisnis yang terkait.
Semua kondisi ini menunjukkan bahwa tantangan ekonomi China tidak hanya bersifat lokal, tetapi juga memiliki dampak global yang signifikan. Perekonomian China yang merupakan pilar utama dalam perekonomian global, menjadi fokus perhatian dunia. Kebijakan dan langkah-langkah yang diambil oleh pemerintah China untuk menanggapi kondisi ini akan menjadi penentu utama bagi arah pergerakan perekonomian global dalam waktu yang akan datang.
Dengan demikian, pasar keuangan global harus memantau dengan cermat setiap perkembangan di China. Tidak hanya investor, tetapi juga pelaku bisnis dan pemangku kepentingan global lainnya akan merespon berbagai langkah yang diambil oleh pemerintah China dalam upaya mengatasi tantangan ekonomi yang dihadapi. Masa depan ekonomi China bukan hanya menjadi cermin bagi keadaan ekonomi global saat ini, tetapi juga akan membentuk dinamika ekonomi dunia ke depan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H