Saat ini, fokus pandanganku tertuju pada dua hal. Satu, layar laptop yang menampilkan latar-latar gemerlap dunia maya. Satu lagi, layar televisi yang menampilkan film horor jaman dulu. Akupun sempat menyaksikan film tersebut beberapa tahun yang lalu. Lumayan menegangkan meski tak membuatku berjengit seperti ketika menonton Insidious Chapter 1. If you know what i mean.
Sebelumnya aku membaca blog salah seorang teman. Dia sudah kusebut satu kali dalam buku, dua kali dalam blog lama dan kini di blog baru. Tulisannya tentang analisa negeri ini benar-benar membuatku berteriak dalam hati: Damn..gue pengen nulis kayak ginian dari dulu!
Sayang sekali, aku bukan analis dengan konsentrasi tinggi yang dapat melanglangbuana bersama huruf-huruf tertata rapi saat menulis tentang objek sensitif. Politik, reformasi, klausa hipokrit yang dibongkar dengan vulgar, juga pemberontakan manis melalui orasi adalah hal-hal persuasif yang sangat ingin kuselami. Godaannya untuk kutelusuri sangat tinggi. Ingin kusebarkan saja sambil meneliti hal lain di laboratorium pribadiku yang berbentuk serat-serat sistemik berparas yang kusebut kertas
Dari tulisan temanku itu, Satriawan Hariadi yang saat ini sedang menuntut ilmu di Cairo, terlihat sekali hatinya layak disejajarkan dengan dinamit semi jinak yang meletupkan percikan api. Jika ada permasalahan-permasalahan baru yang timbul akibat kebobrokan negeri ini, bukan tidak mungkin si dinamit akan tiba-tiba bermutasi menjadi bom waktu dengan detonator jarak jauh yang siap meledak kapan saja. Tentunya dengan ledakan super dahsyat. Hehehe.
Tulisannya tentang carut marut sudut bagian Bumi tampak begitu miris, ironis, dan kami sebagai mahasiswa tidak bisa berbuat apa-apa. Apalagi aku...seorang perempuan penakut yang jarang dapat mengungkapkan sesuatu dari dasar hati terdalam untuk muncul di permukaan. Tetapi, tulisan temanku itu mampu mewakili apa yang ingin kuteriakkan selama ini. Paling tidak, aku makin yakin kalau negara ini lebih pantas disebut negara horor, lebih horor dari semua film tentang hantu yang tak kasat mata. Bagaimana tidak? Hantu di negara ini bebas bergentayangan terang-terangan tanpa malu.
Salut untukmu, kawan. Teruslah menulis, teruslah kritis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H