Semilir angin menghembuskan sajak-sajak cinta yang berderet rapi. Terdengar riuhnya berima perlahan dan anggun, menyentuh ingatanku terhadap satu penantian. Ahh...aku bahkan tak sempat mengeja lelah karena menanti  ternyata bukan hanya tentang menebak detik, tetapi juga tentang lisan yang tak pernah tersentuh ketidakteraturan larik.
Penantian yang mengajarkanku tentang ketenangan absolut, pertahanan terhadap air mata, kesenangan memanjakan secarik rindu dan perjuangan sebagai simpul doa yang takkan pernah putus.
Penantianku terhadap satu hati yang juga sama menanti, perjuangan atas segala yang akan menjadi awal satu lembaran kehidupan atas izinNya yang Maha Mengetahui bisikan hati.
Bagaimana merajut rindu saat benar-benar menginginkannya ada di hadapan mata memang sama sekali tidak mudah, dan takkan pernah mudah. Jarak dan waktu tidak pernah jemu, selalu memberitahuku bahwa cinta membutuhkan jiwa-jiwa tangguh yang dapat mempertahankan intisari sejati makna cinta dan sayang tanpa ragu.
Penantian itu indah...jika merasakannya dengan hati yang tak putus dari harapan. Penantian itu indah, seindah langit malam di mana doa-doa kita menggema di bawah langit yang sama.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H