Di daerah saya (Bangka Belitung) pun demikian, masih banyak orang yang melakukan hal-hal demikian dan sudah menjadi tradisi masyarakatnya. Masih saya lihat ajaran orang untuk merasa se-asal dan seketurunan. Seperti menyadarkan masyarakat akan kesamaan nenek moyangnya, masih berasal dalam satu rumpun. Sebenarnya, nilai ini dapat menumbuhkan rasa kekeluargaan, sebagai pengikat kehidupan berbangsa dan bernegara.
Walaupun modernisasi menyerbu dengan deras, tapi norma dan agama tetap dinomorsatukan, dan modernisasi jangan pula ditinggalkan, karena ia sangat penting dalam kehidupan bermasyarakat.Â
Modernisasi tidak dapat disalahkan, baiknya cari celah agar modernisasi dapat mempererat persahabatan kita, dan kita dapat bekerja sama untuk mengimbangi tekanan modernisasi.
Modernisasi dapat kita lihat pada media sosial dan media sosial menjadi tempat orang saling menjatuhkan dan saling menjelek-jelekkan. Sedikit sekali kita menggunakan medsos untuk membangun jiwa sosial masyarakat, membangkitkan semangat, dapat menghilangkan tekanan psikologi.Â
Baiknya dengan medsos kita mempererat persahabatan, menjaga keharmonisan masyarakat, memberikan rasa keterikatan satu bangsa dan bisa mengambil keputusan yang positif. Dengan demikian komunikasi dalam masyarakat Indonesia tidak seperti mulut harimau di medsos, tapi seperti anak kucing saat bertatap muka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H