Seorang koreografer merupakan otak dari sebuah karya tari. Mesinnya adalah tim yang diajarkannya dalam menggarap sebuah tarian. Dialah yang berfikir cara membuat karya tari yang baik dan bagus agar diminati banyak orang, karya yang bisa diingat-ingat orang banyak, dikagumi dan dinilai baik oleh penontonnya.
Penonton seni pertunjukan bukanlah orang-orang sembarangan, mereka merupakan khalayak penikmat seni, pencinta kebudayaan, para wartawan, fotografer dan kritikus seni (orang yang melakukan kritik terhadap karya seni orang lain). Mereka ini akan menyebarkan berita-berita baik bila suatu tarian itu baik dan membuat berita buruk jika memang buruk.
Namun suatu karya tetap ada sisi buruknya sebagus apapun bentuk tarian itu, demikian juga menurut pendapat penonton awam. Demikianlah apa saja yang harus dihadapi koreografer apalagi jika ia berani membuat seni pertunjukan besar-besaran khusus untuk dirinya yang kemudian ia mengundang para seniman, wartawan, para pengkritik seni.
Ia harus berani menerima apapun resiko karya seninya dan demikianlah jika ia memang berniat maju dan menjadi koreografer profesional. Sedangkan dalam suatu perlombaan/festival/parade tari yang notabene adalah tanggungjawab panitia penyelenggara, maka siapa saja juri, penonton, wartawan dan kritikus yang diundang adalah hak penuh panitia penyelenggara.Â
Untuk mendapatkan perhatian mereka, seorang koreografer profesional tidak akan memikirkan bagaimana caranya memenangkan perlombaan. Ia lebih berfokus pada konsep garapannya agar maksimal, agar menarik perhatian juri dan penonton, ia harus mengangkat maksimal nilai budaya tradisi daerah yang ia angkat/tonjolkan, memberi cerita tari yang belum pernah di buat koreografer lain, karena pantang bagi seorang koreografer menjiplak, mengambil karya tari orang lain.
Menurut hemat saya, tidaklah perlu menjiplak karya orang lain karena bagi saya membuat karya tari itu tidaklah terlalu sulit, baik dan buruk suatu karya adalah dari penilaian orang banyak.
Koreografer tidaklah perlu memikirkan bagaimana caranya agar orang tertarik pada karya tarinya, tidak perlu memikirkan agar orang terpukau atau terkagum-kagum dengan ide garapan, gerakan, busana dan properti yang digunakan. Baiknya pikirkan bagaimana mendapatkan ide garapan yang bagus, gerakan yang baik dan nilai etis menari yang benar, serta observasi lah dengan maksimal terhadap ide garapan yang akan diangkat.
Jangan menjadi koreografer yang selalu memikirkan materi disaat proyek seni dilakukan bersama-sama dengan komposer dan berserta tim, walau materi bagian dari tumbuhnya semangat berkarya. Materi itu akan hadir jika kita sudah benar-benar sukses dalam berkarya tari, dan rejeki pasti menghampiri atas usaha yang telah kita keluarkan.
Terpenting bagi koreografer adalah sebelum materi menghampiri semangatkan diri, satukan pikirkan dan hati, usahakan bagaimana agar karya kita unik dan bagus, diakui orang jika karya itu adalah mahakarya kita. Bila tidak bersemangat bekerja sendiri carilah teman yang bisa diajak berdiskusi, yang menyukai observasi ke kepelosok-pelosok desa, menggali cerita-cerita unik yang akan diangkat dalam karya tari, demikian itulah semangat yang sesungguhnya dari seorang koreografer.
Koreografer baiknya terus berbenah agar sebuah karya tari menjadi indah dan terus melihat karya-karya seniman lain, melihat karya-karya zaman dulu dan karya anak-anak muda zaman sekarang, karena karya anak muda kebanyakan adalah renovasi dari karya-karya yang sudah ada.