Kesulitannya adalah ia akan sulit menerima karakter koreografer lain jika ia pindah pada koreografer yang berbeda, contohnya; jika ia mulai menari mengikuti karakter keras dan hening maka akan sulit berlatih pada koreografer berkarakter tari yang lincah. Membutuhkan waktu untuk ia beradaptasi belajar karakter tari yang baru.
Namun point terbesar dari mahasiswa adalah kepenariannya sudah terbentuk dan mentalnya lebih kuat jika di atas pentas. Namun dalam hal mental, anak SD SMP SMA pun dapat memiliki mental kuat dan itu semua berasal dari pengajaran koreografer dan pengalamannya sendiri, demikian juga bentuk tubuh, faktor keturunan dan pola makan juga menentukan.
Penari diatas usia 30-40 an tahun yang pernah berkecimpung dengan komunitas saya, sudah tidak perlu diragukan lagi, bentuk gerakan mereka sudah mantap. Lebih tenang walau tubuh mereka memiliki banyak lemak, karakter dalam gerakannya sudah mendarah daging. Kekurangannya adalah butuh waktu yang panjang untuk menghafal gerakan-gerakan kompak dan mudah lupa pada hapalannya.
Faktor usia dan faktor banyak pikiran membuat mereka sulit menghafal gerakan. Mudah letih, namun mereka lebih ahli jika disuruh menari individu, apalagi menari tari tradisional. Jika dalam tarian berkelompok, mereka sedikit saya berikan gerakan yang kompak, karena mereka lebih ahli jika gerakan dibebaskan, seperti; berperan sebagai tokoh, ia lebih dapat mendalami perannya. Gerakan individu dalam tarian kelompok sudah menjadi makanan mereka.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H