Taber laut diselenggarakan tiap tanggal 13, 14 dan 15 bulan tiga tahun Cina yang dipimpin oleh seorang pawang (dukun). Kepala lingkungan memberi pengumuman ke seluruh masyarakat pantai Tanjung Gudang Belinyu, Penyusuk, Bubus, Pesaren Pejam dan pantai Tuing/Mapur, penyelenggaraan yang ditulis disini diambil di daerah Tanjung Gudang Belinyu, Kabupaten Bangka Prov. Kep. Bangka Belitung.
Seperti kegiatan-kegiatan yang ada di provinsi Bangka Belitung selalu dilakukan bersama-sama/gotong royong, persiapan perlengkapan Taber Laut ini juga dilakukan bergotong royong, seperti mempersiapkan Jung (perahu kecil) beserta isinya, balai-balai (rumah kecil) yang telah dihiasi sedemikian rupa. Isi Jung adalah ketupat, pisang, telur, nasi putih, nasi merah, sirih pinang, rokok daun nipah (Cok), bertih, beras kunyit, kelipan-kelipan dari daun kelapa dan sabut kelapa.
Taber itu sendiri terbuat dari tepung beras dan aik cabik (air cabe) 44 buah cabe. Alat perlengkapan tersebut diambil melalui petunjuk dukun (pawang) melalui semedi, pawang memakai busana serba putih yang tidak dijahit dan menghadap bedupan (sejenis wadah) yang berisi kemenyan dan bunga pinang didampingi juru bahasa yang disebut Tulet.
Setelah persiapan lengkap pawang bekerja mulai pukul 19.00 WIB sampai pada siang harinya. Waktu penyelenggaraan kesemuanya di jaga oleh rombongan pawang (para pengawal), disertai hiburan kesenian daerah dengan membawa lagu-lagu dan tarian khas seperti; Ketimang Malang, Gajah Menunggang, Nasi Dingin, Terai Kasih, Kecupus dan Timang Burung (lagu kebangsaan/kebanggaan suku Daek).
Setelah Pawang selesai demontrasi (keselep) Jung di arak ke tengah laut oleh masyarakat beramai-ramai dengan memakai motor tempel (perahu mesin tempel). Jung di lepas di tengah laut untuk melihat kemana Jung akan pergi (hanyut) itulah sebagai pertanda bahwa rejeki laut untuk tahun mendatang berada ke arah Jung pergi (hanyut).
Setelah di lepas dan disaksikan oleh semua peserta yang ikut, mereka kembali ke pantai untuk menyelenggarakan penghujung upacara taber, waktu itu pulalah mereka bersuka ria dengan gembira (acara bebas) mengelilingi tiang yang telah bergantungan bermacam-macam makanan serta bersiram-siraman dengan air tanpa terkecuali tidak memandang dari mana asal, apa derajat, isteri siapa, cewek siapa, dan siapa marah akan didenda oleh pawang.Â
Lagi pula selama 3 hari dalam kurun penyelenggaraan masyarakat tidak boleh turun ke laut (mencari ikan) kalau terdapat ada yang turun ke laut akan di denda oleh pawang.
Adapun tujuan dari Taber Laut adalah untuk menghindari malapetaka di sekitar laut (tolak balak) selama satu tahun agar datuk-datuk laut (sebutan bagi penunggu-penunggu laut/makluk-makhuk halus) tidak menganggu para nelayan mencari nafkah.
Demikian sekelumit cerita Taber Laut yang diterima ceritanya dari orang laut (pawang).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H