Kita sebagai manusia dalam kehidupan ini memerlukan orang lain untuk berkomunikasi dan membutuhkan kelompok untuk berinteraksi. Demikian juga orang-orang yang ada dalam komunitas atau dalam organisasi, membutuhkan komunikasi untuk saling mengerti apa yang disampaikan. Komunikasi dapat berupa lisan dan tulisan, dapat berupa simbol dan juga gerakan, dengan demikian dengan komunikasilah kita dapat menyampaikan pesan yang kita inginkan. Proses ini terus mengalir dan mengalir tanpa henti, bentuknya dapat berubah-ubah tergantung jaman, teknologi dan apa yang ingin dikomunikasikan.
Dalam komunitas budaya, komunikasi berperan sangat penting, salah satunya adalah komunikasi Vertikal atau komunikasi antara atasan dengan bawahan atau sebaliknya. Peran atasan adalah meningkatkan semangat bekarya, kinerja bawahan, memantau dan mengajarkan mereka agar semakin maju, sedangkan peran bawahan mengikuti petunjuk yang baik-baik dari atasan, mengikuti arahan, memperbaiki kesalahan dan memajukan komunitasnya.
Cara komunikasi yang dilakukan atasan dalam komunitas beragam, ada yang pendiam namun banyak bergerak, ada yang banyak bicara sedikit bekerja, ada yang otoriter, ada yang mencari keuntungan sendiri, ada yang baik dan ada yang tidak baik.
Adakalanya seorang atasan terbebani oleh suatu masalah di luar komunitas atau sedang mengalami masalah dalam keluarga atau masalah-masalah lain yang membuat dirinya mengalami tekanan, lalu saat berada dalam komunitas ia membawa iklim yang panas. Oleh karena itu, seorang atasan seharusnya dapat berlaku bijak, beriman kuat dan menyadari kewajiban mana yang harus didahulukan saat berada di dalam komunitasnya.
Baca Juga:Â Transformasi Bos Menjadi Leader
Tidak semua cita-cita komunitas berjalan dengan lancar. Biasanya seorang atasan yang baik dan bijak menjadi harapan semua bawahan, namun tidak semua bawahan bekerja secara baik dan benar walaupun memiliki atasan yang baik.
Semua ini merupakan timbal balik bagaimana cara berkomunikasi atau menyampaikan pesan atasan, apakah efektif atau tidak. Banyak pula alasan bawahan yang mengkritisi kelakuan atasan, tidak menyukai sikap, sifat dan ekpresi atasan. Dalam hal ini penulis mengambil 3 alasan yang menjadikan para bawahan tidak menyukai atasan berdasarkan pengalaman pribadi;
- Atasan kurang berkomunikasi dengan bawahan atau tidak membicarakan masalah-masalah yang dihadapi organisasi.
- Atasan tidak berlaku jujur, sering terlambat datang dan selalu bermuka masam.
- Atasan yang terlalu pendiam dan tidak sopan
Atasan dan anggota dalam satu komunitas selayaknya berfikir secara rasional, sistematis, terencana, dan terkendali dalam memanfaatkan apa yang ada dalam komunitasnya, seperti: sumber daya manusia, sumber daya alam, sarana-prasarana, dan lain sebagainya.
Semua itu dapat digunakan kembali, dikreasikan lagi secara efisien dan efektif, tidak harus selalu membeli barang yang baru, karena bawahan akan merasa tidak diperhatikan kesejahteraannya. Baiknya uang yang dikeluarkan untuk membeli barang yang tidak penting digunakan untuk kepentingan bersama, untuk membantu bawahan yang membutuhkan dan memanfaatkannya dengan membuka usaha baru agar keuntungannya dapat dirasakan semua anggota.
Seorang atasan harus memperbaiki bagaimana cara ia berkomunikasi dengan anggotanya, memahami cara-cara dalam mengambil kebijaksanaan terhadap anggota, dan wajib memiliki loyalitas yang tinggi. Ketiga hal tersebut merupakan modal utama untuk kemajuan komunitas yang dipimpinnya.
Selain itu, sebagai atasan tidaklah mudah dalam mengatur prilaku dan sikap semua anggota. Oleh karena itu, ia harus merangkul semuanya tanpa memberatkan diantaranya.
Biasanya atasan yang mengalami depresi karena bertengkar dengan isteri atau suami akan memasang muka masam dalam organisasinya, masalah keluarga atau masalah pribadi yang tidak kunjung usai akan mengakibatkan anggota menjadi tidak enak hati, terutama anak-anak kecil yang akan merasa takut. Akibatnya, semua akan terkena imbas.