Mohon tunggu...
Agus Wirajaya
Agus Wirajaya Mohon Tunggu... profesional -

warga kompasiana baru berdomisili di Denpasar, salah satu rakyat Indonesia, yang berusaha mengikuti nasihat bapaknya,"semua kegiatan harus diawali dengan niat baik, berlaku dengan jujur, bertanggung jawab, dan bersahabat dengan semua orang".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Kenapa Jokowi Unggul dari Prabowo? (Sebuah Analisa mengenai Komunikasi Bawah Sadar)

2 Agustus 2014   08:25 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:37 1306
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebelum anda melanjutkan membaca, ada baiknya saya ingatkan bahwa tulisan ini akan cukup panjang dan sedikit membuat anda berpikir, mungkin sedikit lebih banyak, atau mungkin malah tidak sama sekali, sebab pasti sekarang saja anda sudah mulai bertanya atau meragukan, siapa sih orang ini? apa sih kemampuannya?

Jadi silahkan segera saja anda pencet tanda silang diujung kanan atas untuk menutup tulisan ini sebelum anda semakin ragu dan penasaran. Sebab saya tidak bertanggung jawab atas rasa penasaran atau pusing yang timbul setelah membaca tulisan ini.

Kemenangan Jokowi menurut saya sangat ditunjang oleh timnya memanfaatkan komunikasi bawah sadar publik.

Beberapa tahun belakangan ini dimana gadget menjadi hal penting menunjukkan bahwa semakin banyak orang yang tipe sugestibilitasnya visual, meskipun diantara tiga tipe yang ada memang yang terbanyak secara umum adalah tipe visual, namun dengan kenyamanan informasi visual era internet ini saya yakin semakin banyak orang tipe visual, atau mungkin sebelumnya bertipe auditori atau kinestetik secara perlahan dan tak disadari menjadi visual. Dan ini yang dimanfaatkan telak oleh tim Jokowi.

Pikiran manusia berkomunikasi kebanyakan dengan bahasa visual, itu sebabnya pada zaman dahulu, dan beberapa negara di dunia tulisannya dalam bentuk gambar atau simbol. Bahkan tulisan alfabet yang anda baca saat ini juga merupakan rangkaian bentuk simbol. Misalnya huruf i dilambangkan dengan sebuah garis vertika dengan titik diatasnya.

Contoh mudah membuktikan pikiran berkomunikasi dengan bahasa visual adalah kalau misalnya saya sebut jerapah, maka yang timbul dalam benak kita adalah bentuk jerapah yang pernah kita lihat, bukan tulisan J E R A P A H. atau misalnya saya sebut yang lebih umum lagi, saya bilang kucing, maka semakin banyak anda tahu hewan tersebut semakin mudah dan banyak gambar yang muncul dipikiran anda, namun bukan tulisan K U C I N G.

contoh terakhir, saya akan memberi tahu anda ada binatang bernama xargot, hewan ini adalah hewan mamalia, pemakan tumbuhan, berkaki empat, tubuhnya sebesar kambing, telinganya lebar seperti gajah, bercula seperti gajah bulunya belang seperti zebra. Saya ulang ya, xargot ini adalah hewan mamalia, pemakan tumbuhan, berkaki empat, tubuhnya sebesar kambing, telinganya lebar seperti gajah, bercula seperti badak, bulunya belang seperti zebra. Sekali lagi ya xargot ini adalah hewan mamalia, pemakan tumbuhan, berkaki empat, tubuhnya sebesar kambing, telinganya lebar seperti gajah, bercula seperti badak, bulunya belang seperti zebra. Nah kalau saya sekarang bilang xargot maka segera muncul dalam benak anda hewan mamalia, pemakan tumbuhan, berkaki empat, tubuhnya sebesar kambing, telinganya lebar seperti gajah, bercula seperti badak, bulunya belang seperti zebra.

Sekarang saya beritahu anda sebuah kebenaran, bahwa xargot itu taka ada, sungguh tak ada, hanya hewan karangan saya, tak mungkin ada hewan mamalia, pemakan tumbuhan, berkaki empat, tubuhnya sebesar kambing, telinganya lebar seperti gajah, bercula seperti badak, bulunya belang seperti zebra.

Tapi kalau saya sekarang sebut xargot maka tetap dipikiran anda yang muncul adalah hewan mamalia, pemakan tumbuhan, berkaki empat, tubuhnya sebesar kambing, telinganya lebar seperti gajah, bercula seperti badak, bulunya belang seperti zebra.

Nah demikianlah secara singkat Bahasa visual yang saya maksud. Dan saat menggunakan Bahasa visual semacam ini kepada pikiran bawah sadar maka efeknya akan sangat luar biasa.

Saya sangat yakin dalam timses Jokowi ada orang yang sangat paham memanfaatkan komunikasi bawah sadar dan memaksimalkan setiap peluang yang ada.

Mungkin yang luput dari perhatian banyak orang namun ini menarik bagi saya adalah sebagai berikut (beberapa hal disini mungkin sudah pernah saya ulas ringan di facebook saya):

1.Begitu pencalonan sah, Prabowo dan Hatta mulai membranding diri dengan kemeja model pejuang dulu tapi berwarna putih dengan tujuan menyaingi motif kotak-kotak Jokowi. Selain itu kemeja putih merupakan kemeja standar pekerja, sehingga mereka berusaha membentuk image bekerja dan bersih. Namun counter yang dilakukan pihak Jokowi sangat cerdik, ketimbang seragam baju kotak-kotak, pasangan Jokowi - JK tampil tidak seragam Jokowi menggunakan menggunakan kotak-kotak dan JK kemeja putih yang tentu saja membuyarkan usaha tim Prabowo menancapkan image.

2.Saat pengundian nomer urut, dimana Prabowo mendapat nomor 1 dan Jokowi mendapat nomor 2, saat itu Prabowo menunjukkan gambar avatar bernomor 1, tujuannya tentu saja menancapkan pesan secara visual, hanya saja ternyata Jokowi lebih cerdik, karena menyebut kata dua beberapa kali bahkan pada penutup pidato singkatnya dia mengajak masyarakat memilih nomor 2. Hal ini menimbulkan kehebohan yang positif bagi pihak Jokowi tanpa harus melanggar aturan, kesalahan pihak prabowo adalah memperkarakan hal ini, sehingga banyak orang yang sebelumnya tidak peduli atau tidak tahu segera mencari tahu, benak mereka bukan lagi bagaimana sih prabowo tapi apa sih yang dilakukan Jokowi sehingga harus dipermasalahkan. Dan ini penancapan sekaligus repetisi yang baik tanpa usaha, karena pihak lawan yang memberikan angina pada “api” yang dinyalakan Jokowi. Kasarnya Prabowo secara tak sadar mempromosikan Jokowi.

3.Begitu mendapat nomor urut 2, besok harinya avatar untuk Profil Picture dan Display Picture I Stand on the Right Side sudah bertebaran di media social. Menggunakan warna merah, dan istilah yang cerdas karena konotasi Right Side bisa berarti di sebelah kanan (sesuai letak foto orangnya yang otomatis menghujam benak hanya ada foto saya dan nomor 2) dan Right Side yang berkonotasi pihak yang benar, setiap orang pasti ing berda di pihak yang benar. Ini kemenangan telak kedua tim Jokowi, walaupun akhirnya tim Prabowo melakukan yang sama dengan Garuda merah berlatar putih dan semua variasinya, namun avatar pertama yang begitu massif sudah menguasai benak public dan mulai terbentuk stigma bahwa tim Prabowo kreativitas ikut-ikutan. Lambang garuda merah juga diingat tapi penempatannya di dada kanan dan memerahkan garuda ini jadi bermakna tidak punya “hati”

Pin adalah sebuah hiasan yang disematkan dan biasanya berbentuk lambang atau symbol dengan makna yang berguna atau dihormati, misalnya lambang negara, lambang organisasi, logo perusahaan, lambang organisasi, tokoh yang disayangi, dan lain sebagainya.

Kenapa pin dipasang di dada kiri? karena disana letaknya jantung (heart, tapi kalau di Indonesia diterjemahkan sebagai hati untuk kondisi tertentu), jadi lambang yang dihormati tersebut menjadi penerang hati atau dengan sepenuh hati mendukung sesuatu yang ada dalm pin tersebut.

Garuda sebagai lambang negara Indonesia sudah sangat dikenali oleh seluruh rakyat Indonesia berwarna emas. Nah dengan membuatnya merah (konotasi berani, waspada, dan darah) seolah-olah tanpa hati akan membuat negara Indonesia berdarah.

4.Debat Pertama, Debat Pasangan Capres Cawapres

Prabowo tampil kompak dengan kemeja putih dan lambang garuda merah, dan menariknya melihat Jokowi JK tampil dengan jas lengkap. Ini dikatakan tidak merakyat oleh sebuah stasiun TV namun ini saya anggap sebuah gebrakan yang manis. Karena debat pertama ini pasti diawali dengan seremonial yang lebih resmi daripada debat-debat berikutnya. Debat pertama juga dinantikan oleh lebih banyak orang, sehingga efeknya akan lebih kuat. Tampil dengan jas lengkap, walaupun terlihat kebesaran, pasangan Jokowi JK tengah menancapkan tampilan “ini lho presiden dan wakil presiden anda yang bicara, ini lho yang pasangan yang akan tampil di foto-foto berbingkai di sebelah Garuda Pancasila” sedangkan Prabowo menampilkan diri pejuang yang bersih.

Pada acara debat, tim dengan sukses menutupi kelemahan jokowi, misalnya dengan mengharuskan jokowi memegang pulpen, kertas, meja atau disilangkan ke belakang badan sehingga tidak Nampak garuk-garuk atau gosok-gosok sebagai sarana pelepasan groginya. Bagaimana pengaturan Good Cop & Bad Cop antara Jokowi JK juga menghasilkan keunggulan saat sesi saling bertanya, Jokowi tidak bertanya, namun JK yang menyampaikan pertanyaan nakal namun tidak keluar dari aturan debat. Malam itu masyarakat menonton pasangan presiden dan wakil presiden yang solid sedang melawan pejuang.

5.Debat Kedua Debat antar Capres

Jokowi tampil kembali berpakaian kotak-kotak dengan prabowo tampil seperti brand yang telah dibangun, secara penampilan fisik Prabowo unggul atas Jokowi, hanya ada sebuah momen menarik yaitu Jokowi mengulang kata yang kedua beberapa kali, sebuah memory recall pikiran penonton akan peristiwa pengundian nomor urut yang lalu.

6.Debat Antar cawapres

Hatta tampil maksimal, pembawaannya luwes dan terlihat menguasai materi, JK ngomongnya belepotan dan bahkan lupa pada pertanyaan.

7.Debat Terakhir adalah debat yang paling menarik

Saya tampilkan ulasan yang telah saya sampaikan di facebook pada 6 Juli 2014.

Saya kagum melihat pembawaan Pak Jokowi yang full power kemarin.
Saya cerita pada istri bahwa kemarin adalah debat capres terbaik dari seluruh rangkaian debat dan bagaimana penampilan Pak Jokowi yang mantap dan penuh percaya diri.

Istri saya yang tidak bisa ikut menonton semalam karena harus meninabobokan kedua anak kami berkata mungkin itu karena habis dari konser. Dan saya sangat menyetujui hal itu.

Dalam bukunya Power vs Force, David Hawkins menyampaikan hasil risetnya mengenai energi yang terjadi terkait dengan emosi tertentu. Ini berhasil dilakukan dengan teknik kalibrasi yang dimilikinya.

Sehingga pada akhirnya David Hawkins bisa membuat tabel emosi dan energi yang dihasilkannya (seperti tabel yang ada dalam tulisan ini).

Power vs Force Table

Pak Jokowi sangat senang menonton konser, apalagi saat ini, untuk beliau konser ini dibuat, selain itu semua orang yang datang dengan niat baik, gembira, dan penuh cinta menyebabkan efek ini sangat positif dan berlipat ganda bagi mereka yang hadir termasuk Pak Jokowi.

Mungkin bukan kondisi emosi yang terbaik seperti enlightment, tetapi kondisi joy yang terjadi secara masif dalam waktu yang serempak tentu akan memberikan euforia yang begitu luar biasa.

Dan kondisi euforia ini yang masih terbawa oleh beliau saat menghadiri debat (Saya perhatikan pakaian yang dipakai adalah pakaian yang sama bahkan masih menggunakan sepatu kets seperti saat konser salam 2 jari).

Maka bila kondisi emosi positif ini terjaga oleh Pak Jokowi dan seluruh calon pemilihnya hingga tanggal 9 Juli 2014 nanti, maka saya sangat yakin selain Tuhan, alam semesta, tak ada yang dapat mencegah beliau menang, bahkan kecurangan pun tak akan sanggup menggagalkannya.

Dan terbukti Jokowi menang.

8. Permainan slogan

Jokowi adalah Kita adalah slogan yang sejak awal didengungkan begitu Jokowi dicalonkan oleh PDIP dan belum ada cawapresnya, kemudian setelah ada cawapres maka slogan yang muncul adalah Jokowi – JK adalah Kita.

Slogan bisa menjadi bentuk afirmasi dan slogan yang pendek mudah diingat walaupun tanpa harus dihafalkan. Dan slogan dari Jokowi adalah Kita menjadi Jokowi – JK adalah Kita merupakan bentuk repetisi yang mampu menghasilkan efek Compounding.

Blunder tim Prabowo membuat slogan

“Kalau bukan sekarang kapan lagi, kalau bukan kita siapa lagi?

Anda bisa lihat blundernya? Tim Prabowo secara tidak sadar mendorong masyarakat memilih Jokowi.

“Kalau bukan sekarang kapan lagi, kalau bukan (Jokowi-JK adalah) kita siapa lagi?

Kesalahan yang dilakukan tim Prabowo juga mengakibatkan hal yang merugikan, dimana untuk menonjolkan Prabowo maka disebutlah IQ Prabowo itu tinggi, orang yang Jenius (jenius adalah IQ diatas IQ rata-rata yang biasa disebut cerdas)

Namun mereka selalu menggemakan pilihlah "presiden yang tegas, berani, dan cerdas".

Mungkin bisa dilihat sekarang korelasinya.

Kondisi setelah pemilu terutama dalam masa tunggu pengumuman, bagaimana sebenarnya awak stasiun TV berusaha membohongi pemirsa tetapi gagal memanipulasi pikiran bawah sadar. Bisa dilihat pada tulisan saya tanggal 10 Juli 2014.

"Ini cara pikiran bawah sadar bekerja."

Secara sadar ingin membohongi pemirsa tapi bawah sadarnya tidak bisa bohong. Tim pembuat tampilan tabel survey ini didorong pikiran bawah sadarnya untuk meletakkan hitung cepat dan logo pilihan Indonesia 2014 di pojok kanan atas tabel diatas gambar pak Jokowi dan JK.

1406917096324782928
1406917096324782928
Pilihan Indonesia

Sekarang kita lihat bagaimana beberapa politisi mencoba apa yang dilakukan Jokowi pada pemilu 2014. Bagaimana para caleg berusaha meniru cara Jokowi memenangkan Pilgub Jakarta, Bagaimana Prabowo juga berusaha memanfaatkan cara serupa.

Di Bali ada calon DPD yang berusaha mengadopsi cara Jokowi memenangkan publik dalam Pilgub Jakarta, caleg DPD ini mencirikan diri dengan tutup kepala kotak-kotak namun karena konsep dan pemahaman terhadap kinerja pikiran dan bagaimana memanfaatkannya dengan tepat tidak diketahui dengan baik sehingga calon DPD tersebut gagal, walaupun dengan jumlah suara yang didapatnyanya bila dia mencalonkan diri menjadi DPRD Provinsi akan mampu mendapatkan sebuah kursi.

Kompetisi Politik saat ini sudah menjadi sebuah bentuk kompetisi yang bersifat integratif, tidak saja memerlukan keahlian dan di bidang politik namun juga hal lain yang bersinggungan dengan politik. Terlebih dengan kondisi masyarakat yang mudah mencari informasi pembanding (second opinion) maka kemampuan tim sukses mengelola dan memanfaatkan momen untuk menancapkan kesan di benak calon pemilih menjadi sangat penting dan strategis.

Untuk itu tim sukses atau konsultan politik sebenarnya perlu melibatkan psikolog atau orang-orang yang mempelajari pikiran dan emosi manusia sehingga tidak melakukannya sambil jalan. Sebab bila dilakukan sambil jalan maka langkahnya akan tertinggal akibat beberapa trial & error yang gagal dan kerugian finansial untuk calon yang mempercayakan diri kepadanya, resiko tentu saja bila calonnya gagal maka orang-orang di tim ini tidak akan ada yang memintanya menjadi tim sukses atau konsultan pada kompetisi politik berikutnya, kalau pun ada pasti dengan nilai alakadarnya.

Selain itu ada individu-individu dalam tim sukses atau konsultan politik yang harus mampu melakukan 2 hal yaitu meletakkan posisi sedikit diatas calonnya (walaupun calonnya yang mendanai) dan mengendalikan kondisi pikiran dan emosi tim kerja maupun calon yang didukungnya, karena tensi dan tekanan pada saat-saat tersebut sampai selesai pemilihan tentu sangat tinggi. Sehingga langkah yang diambil tidak didasari emosi atau kondisi yang kalang kabut. Orang seperti ini yang tidak ada di dalam tim Prabowo, karena semua orang takut dan memposisikan diri dibawah Prabowo sehingga kesulitan dalam memberikan saran atau bisa jadi bekerja sesuai keinginan Prabowo semata agar tidak mengalami hal yang tidak menyenangkan.

Mungkin bagi pembaca, tulisan saya ini seperti terlambat karena euforia pilpres telah berlalu. Namun sebenarnya tulisan ini saya tujukan kepada seorang kawan baik saya MP yang saat ini akan terlibat sebagai konsultan politik dalam salah satu kompetisi politik di Bali tahun 2015, dengan tujuan mengingatkannya untuk bekerja keras sebab tim sukses atau konsultan politik tidak mungkin lagi bekerja dengan cara konvensional dan tradisional karena kondisi masyarakat sudah berubah.

Selain itu tim sukses atau konsultan politik sudah menjadi bentuk industri, sehingga bisa saja seorang calon walikota atau calon bupati memanfaatkan jasa konsultan luar Bali dengan tim kerja yang baik bukan hanya mengandalkan pengalaman atau latar belakang pendidikan semata. Konsultan politik di Bali harus juga memperbaharui diri agar tak kehilangan pasarnya akibat direbut oleh konsultan dari luar Bali.

Akhir kata saya mengucapkan selamat bekerja pada bli MP semoga calon anda menang dalam kompetisi yang akan berlangsung tahun 2015.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun