Semalam secara tak sengaja saya bertemu kawan lama, secangkir kopi menjadi pelengkap obrolan malam yang mulai larut. Tanpa disadari obrolan telah sampai di titik perbedaan gaya kepemimpinan yang pernah beliau temui. Ya beliau dengan mantap dan yakin mengibaratkan sosok pemimpin seperti layaknya harimau dengan taring dan belangnya.
Siapa yang tidak tahu harimau, sosok pemimpin rimba Indonesia yang membuat bergidik para hewan meski hanya melihat belangnya saja dari kejauhan. Dengan taring dan cakar yang tajam mampu membuat lawannya tunduk. Menjaga ekosistem hutan agar tetap berjalan sebagaimana mestinya dan langkahnya yang tenang membawa kesan wibawa, meski di balik itu semua ada kekuatan dan kecepatan besar yang kapan saja siap diledakkan saat waktunya tiba.
Harimau mungkin bisa dijadikan contoh bagi para pemimpin di mana pun dia memimpin. Cara dia memimpin sebuah wilayah dan bersikap menjadi sebuah manifetasi gaya kepemimpinan yang kongkret.
Ibarat cakar dan taring, pemimpin membutuhkan ketegasan dalam bersikap, permainan peran juga bukan hanya sebagai aksesori dalam karakterisktik pemimpin. Namun, menjadi pakaian sehari-hari dimana dia harus mampu menjadi siapa saja di depan lawannya. Saat ketegasan dalam bersikap mampu menorehkan ingatan terhadap orang orang yang dipimpin, di situlah letak cakar dan taring yang harus dia jaga menjadi sebuah integritas yang kokoh dan tidak mudah goyah diterpa berbagai godaan dunia.
Auman yang menggema, tak sama dengan berisik itik di tengah telaga.
Yaa.. sosok pemimpin memerlukan keterampilan untuk memotivasi p ara bawahannya. Imajinasi sangat berperan penting di sini, menjadi media menyalurkan semangat dalam mencapai visi, mendeskripsikan konsep yang ada agar bisa diterima oleh berbagai kepala dalam persepsi yang sama. Tanpa imajinasi, semangat tidak akan mudah tersalurkan ke bawahan, bahkan bisa jadi motivasi hanya akan menjadi dongeng pengantar mata terlelap bagi para pendengar.
Jika pepatah” harimau mati meninggalkan belang”, seharusnya pemimpin sanggup pergi meninggalkan karya. Karya yang tercipta ataupun teraih olehnya akan menjadi ciri khas untuknya teringat dalam memori para bawahan yang tidak mustahil untuk menjadi contoh saat mereka kelak menjadi leader-leader berikutnya, karena pemimpin yang baik akan menerapkan istilah “great leader create a leader”.
Namun, tanah hutan tetap saja punya batasan pandang, hal yang tidak bisa dijangkau dengan tajam penglihatan sang raja, sang elang dengan sudut pandang yang berbeda mungkin lebih bisa mengilhami setiap perkara, jangkauan pandangan yang luas memberikan banyak referensi untuk setiap keputusan yang diambil.
Jadi, setiap pemimpin tidak cuma butuh cakar dan taring. Seorang pemimpin harus punya wawasan yang cukup luas di bidangnya baik teknis maupun nonteknis, mempunyai kejelian dalam setiap peristiwa agar tidak mudah terperosok dalam kubangan kesalahan. Pemimpin visioner akan melihat jauh ke depan, menggali informasi, mencerna informasi dan mengolahnya untuk menghasilkan keputusan keputusan yang terbaik.
Manusia itu unik, dalam keunikan tersebut manusia mampu menjadi apapun yang dia kehendaki, apakah akan menjadi harimau tanpa taring, ataukah menjadi harimau tanpa belang, seperti yang sering kita lihat didalam kehidupan nyata, dimana pemimpin yang terlalu banyak bermimpi dan memberikan banyak tekanan kepada bawahan namun tidak ada hasil yang mampu dia torehkan.
Dia bekerja tanpa tujuan yang nyata, misi yang berjalan menjauh dari visi, saat angin bertiup ke kanan dia ke kanan, saat angin ke kiri dia ke kiri. Kebijakan diambil tanpa melihat lebih jauh akan dampaknya, akibatnya perubahan kebijakan demi kebijakan yang justru membuat bawahan bingung dan kewalahan untuk mengimbanginya.