Mohon tunggu...
Agus Wicaksono
Agus Wicaksono Mohon Tunggu... -

Mas Agus, begitulah teman-teman dikantor dulu memanggil saya. Sekarang hanya tinggal dirumah saja, setiap hari kerja saya hanya bermain dengan komputer dan internet. Itulah 2 sahabat sejati saya. Tetapi karena perkembangan tekhnologi demikian cepatnya dan mobile, maka komputer telah digantikan peranannya oleh laptop (meskipun tidak 100%) Maklumlah sejak 7 tahun lalu sampai sekarang pekerjaan tetap saya adalah web programmer disebuah perusahaan swasta asing. Tetapi dengan tekhnologi internet saya dapat bekerja dari rumah (hiihihi... mungkin boss saya disana tidak tahu kalau disini saya sering kerja cuman pake sarung atau celana pendek saja. Mungkin juga gak pakai baju hiihihihihi...). Di tempat saya bekerja menerapkan sistem manajemen Virtual Office. Jadi ya beginilah saya, bekerja dirumah, tanpa perlu antri dijalan berjam-jam hanya demi menuju tempat yang namanya kantor.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Indonesia: Etimologi dan Budaya (Belajar Menelaah Kembali Pancasila)

31 Juli 2009   05:15 Diperbarui: 26 Juni 2015   19:53 991
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Mas Agus - Tulisan berikut adalah revisi pada beberapa bagian paragraph dari tulisan saya terdahulu dengan judul yang sama.

Negara ini bernama Indonesia, begitulah jawabannya apabila ada orang asing tersesat dan menanyakan kepada penduduk. Terlepas dari mereka bisa membaca atau tidak, bisa berhitung atau tidak, rakyat jelata atau kaum intelek . Kesimpulannya, setiap manusia yang tinggal di negara ini tahu bahwa negara ini bernama Indonesia.

Tetapi ketika seseorang bertanya apakah arti Indonesia?, siapa yang memberi nama negara ini Indonesia? Saya yakin mulai dari anak kecil sampai orang tua banyak yang lupa atau bahkan tidak mengetahuinya. Ironis memang, kita lahir, tinggal, mencari rejeki, beranak pinak atau mungkin merusak alamnya, tetapi kita tidak mengetahui apa dan bagaimana Indonesia ini. Kalau saya menanyakan kepada mereka mengapa tidak tahu, mereka menjawab "Jangankan memikirkan asal-usul Indonesia, kita mencari rejeki untuk makan tiap hari saja susahnya minta ampun...", jawaban yang tidak mengada-ada buat saya. Sayapun demikian sudah banyak pelajaran sejarah Indonesia yang saya terima waktu disekolah dulu dan saat ini hanya tinggal bayang-bayang kelabu, yang kian hari kian memudar. Tetapi itulah tantangan untuk saya sebagai orang tua 2 anak, saya harus tetap mengingat sejarah akan bangsa ini. Supaya ketika suatu hari nanti anak-anak saya bertanya tentang Indonesia saya bisa memberikan cerita yang ilmiah kepada mereka. Supaya mereka tidak usah jauh-jauh bersekolah keluar negeri hanya untuk mengetahui asal-muasal negaranya.

Memang Indonesia ini unik dengan segala isinya. Didalam Wikipedia saya mendapatkan kata "Indonesia" berasal dari kata dalam bahasa Latin yaitu Indus yang berarti "India" dan kata dalam bahasa Yunani nesos yang berarti "pulau". Jadi, kata Indonesia berarti wilayah India kepulauan, atau kepulauan yang berada di India, yang menunjukkan bahwa nama ini terbentuk jauh sebelum Indonesia menjadi negara berdaulat. Pada tahun 1850, George Earl, seorang etnolog berkebangsaan Inggris, awalnya mengusulkan istilah Indunesia dan Malayunesia untuk penduduk "Kepulauan India atau Kepulauan Melayu". Murid dari Earl, James Richardson Logan, menggunakan kata Indonesia sebagai sinonim dari Kepulauan India. Namun, penulisan akademik Belanda di media Hindia Belanda tidak menggunakan kata Indonesia, tetapi istilah Kepulauan Melayu (Maleische Archipel); Hindia Timur Belanda (Nederlandsch Oost Indië), atau Hindia (Indië); Timur (de Oost); dan bahkan Insulinde (istilah ini diperkenalkan tahun 1860 oleh novel Max Havelaar (1859), ditulis oleh Multatuli, mengenai kritik terhadap kolonialisme Belanda).

Sejak tahun 1900, nama Indonesia menjadi lebih umum pada lingkaran akademik diluar Belanda, dan golongan nasionalis Indonesia menggunakannya untuk ekspresi politik. Adolf Bastian dari Universitas Berlin mempopulerkan nama ini melalui buku Indonesien oder die Inseln des Malayischen Archipels, 1884-1894. Pelajar Indonesia pertama yang menggunakannya ialah Suwardi Suryaningrat (Ki Hajar Dewantara), yaitu ketika ia mendirikan kantor berita di Belanda yang bernama Indonesisch Pers-bureau di tahun 1913. Informasi lengkap lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Sejarah_nama_Indonesia

Indonesia memiliki sekitar 300 kelompok etnis, tiap etnis memiliki budaya yang berkembang selama berabad-abad, dipengaruhi oleh kebudayaan India, Arab, Cina, dan Eropa, termasuklah kebudayaan sendiri yaitu Melayu. Contohnya tarian Jawa dan Bali tradisional memiliki aspek budaya dan mitologi Hindu, seperti wayang kulit yang menampilkan kisah-kisah tentang kejadian mitologis Hindu Ramayana dan Baratayuda. Banyak juga seni tari yang berisikan nilai-nilai Islam. Beberapa di antaranya dapat ditemukan di daerah Sumatra seperti tari Ratéb Meuseukat dan tari Seudati dari Nanggroe Aceh Darussalam.

Seni pantun, gurindam, dan sebagainya dari pelbagai daerah seperti pantun Melayu, dan pantun-pantun lainnya acapkali dipergunakan dalam acara-acara tertentu yaitu perhelatan, pentas seni, dan lain-lain.

Di bidang busana warisan budaya yang terkenal di seluruh dunia adalah kerajinan batik. Beberapa daerah yang terkenal akan industri batik meliputi Yogyakarta, Surakarta, Cirebon, Pandeglang, Garut, Tasikmalaya dan juga Pekalongan. Kerajinan batik ini pun diklaim oleh Malaysia dengan industri batiknya. Busana asli Indonesia dari Sabang sampai Merauke lainnya dapat dikenali dari ciri-cirinya yang dikenakan di setiap daerah antara lain baju kurung dengan songketnya dari Sumatra Barat (Minangkabau), kain ulos dari Sumatra Utara (Batak), busana kebaya, busana khas Dayak di Kalimantan, baju bodo dari Sulawesi Selatan, busana berkoteka dari Papua dan sebagainya.

Pengaruh yang paling dominan dalam arsitektur Indonesia adalah arsitektur India; namun terdapat pula pengaruh dari arsitektur Tiongkok, Arab, dan Eropa.

Setiap provinsi di Indonesia memiliki musik tradisional dengan ciri khasnya tersendiri. Musik tradisional termasuk juga keroncong yang berasal dari keturunan Portugis di daerah Tugu, Jakarta, yang dikenal oleh semua rakyat Indonesia bahkan hingga ke mancanegara. Ada juga musik yang merakyat di Indonesia yang dikenal dengan nama dangdut yang dipengaruhi oleh musik Arab, India, dan Melayu.

Wilayah Indonesia memiliki keanekaragaman mahluk hidup yang tinggi sehingga oleh beberapa pihak wilayah ekologi Indonesia disebut dengan istilah "Mega biodiversity" atau "keanekaragaman mahluk hidup yang tinggi" umumnya dikenal sebagai Indomalaya atau Malesia bedasarkan penelitian bahwa 10 persen tumbuhan, 12 persen mamalia, 16 persen reptil, 17 persen burung, 25 persen ikan yang ada di dunia hidup di Indonesia, padahal luas Indonesia hanya 1,3 % dari luas Bumi. Kalo dirangking, kekayaan mahluk hidup Indonesia ranking ke-3 setelah Brasil dan Zaire. Untuk lebih lengkapnya lihat di http://id.wikipedia.org/wiki/Indonesia

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun