lukisan seorang sahabat, Lukman Riadus Sholikhin
demi manusia yang kian beranakpinak;
ceruk-ceruk mungil dalam dada kami
menggelegak oleh kesaksian-kesaksian
para pemerkosa yang menanti rajam
untuk kali penghabisan;
ceruk-ceruk mungil dalam dada kami
menggelegak oleh plasma kebanggaan
sekerumun alap-alap yang menguap
bersama mega-mega yang mengapas—
berbisik kepada lambai sayap-sayap rindu
terlalu ringkih untuk memeluk bumi;
demi manusia yang kian beranakpinak;
ceruk-ceruk mungil dalam dada kami
berlindung dalam tirai-tirai mandat suci
tentang khalifah yang terus mematut diri
di depan bayangan samar cermin evolusi;
ceruk-ceruk mungil dalam dada kami
dilanda banjir oleh hujan semusim—
teringat—panggilan emak kepada buah hati
sekedar pulang makan dan membasuh daki.
tirtoseto, 19122011
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI