Dialektika Kegiatan Sastra
oleh Rg. Bagus Warsono
Menjamurnya kegiatan sastra merupakan angin segar bagi pertumbuhan sastra dan pelakuknya di Tanah Air. Kegembiraan bagi kalangan pegiat sastra bahwa Indonesia semakin banyak tumbuh pengguna sastra. Harapan kedepan akan perkembangan ini secara nyata akan merubah iklim bahasa serta psikologisnya di masyarakat menjadi semakin baik. karena sastra itu memiliki makna tersendiri bagi karakter bangsa ini.
Perkembangan sastra dan kegiataannya yang menggembirakan ini tentu tidak asal sebuah penilaian kuantitas banyaknya event-event sastra tetapi juga merupakan pilihan manakala pengguna sastra itu juga memiliki penilaian terhadap kegiatan yang akan diikutinya. Penilaian yang dimiliki pengguna sastra memang sesuai pilihan untuk menuju harapan bagi seseorang.Â
Tergantung dari apa dan bagaimana ia berada dalam hati sastranya. Banyak pilihan itu seperti yang lumrah adalah sesuatu penyaluran hasrat seni sastra yang dimilikinya, tetapi banyak tujuan yang kadang justru tidak lumrah untuk disimak, seperti segera cepat mencapai popularitas, bahkan sisi ekonomis, padahal memerlukan sebuah proses yang panjang.
Antara event sastra dan penyaluran hasrat seni. dapat dibedakan dengan mempelajari hasil sebuah kegiatan. Sastra memang tak lepas dari apresiasi, tetapi sasaran kegiatan memiliki makna sebuah penyelenggaraan kegiatan. Sedang penyaluran hasrat seni terkadang terlihat sangat polos dan tanpa memikirkan hasil, tetapi justru memberikan apresiasi tinggi.
Bicara kegiatan sastra juga adalah memberikan sebuah porsi makanan , untuk siapa . Masyarakat, khusus pelaku sastra itu sendiri, sebuah komunitas, jenjang usia , kelompok , atau seseorang dalam kepentingannya masing-masing. Kaitannya dengan maksud dan tujuan serta sasaran. Kalau demikian perlu pemilah agar ditemukan tahapan agar kegiatan memiliki kualitas dengan peserta yang berkualitas serta masyarakat pengapresiasi yang berkualitas pula.
Dialektika kegiatan sastra juga tergantung dari pada pelaku dalam kegiatan itu ( penyelenggara, dan peserta serta stake holder) memiliki jiwa menghargai terhadap sastra itu sendiri. Kenyataan banyak yang justru kurang bahkan tidak menghargai kepada sastra itu sendiri. (bersambung)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H