Ternyata membaca puisi itu tak semudah sepintas melihat orang baca puisi. Apalagi bagi mereka yang asing di per-puisi-an. Boleh jadi lagak gaya awal bakal dilupakan, ketika puisi dibaca, baca puisi yang asal-asalan bahkan ngawur. Banyak aspek tentang membaca puisi yang khusus bagi pembacaan di depan forum/publik. Bagi yang terbiasa mungkin tidak masalah, mereka hanya memperbaiki dari pengalaman sebelumnya. Sedang bagi yang tak biasa sebaiknya berlatih agar dapat tampil membaca puisi maksimal.
Berkali penulis menonton pembacaan puisi baik dalam lomba maupun berbagai kegiatan sastra yang diselingi pembacaan puisi. Tak sedikit pembaca puisi yang kurang mempersiapkan diri. Jangankan disimak, tidak ditertawakan saja sudah untung. Persiapan diri sangat penting dilakukan bahkan yang sudah memiliki nama besar pun banyak yang melakukan persiapan diri sebelum tampil.
Pahami isi puisi
Begitu puisi dilihat kemudian langsung dibaca, ini perlu kepiawaian, hanya dimilikioleh sedikit pembaca puisi yang demikian. Sebab pemahaman isi sangat diperlukan untuk memperlihatkan maksud puisi. Dibaca barang 1 atau 2 X sangat berarti untuk pemahaman puisi yang akan dibacakan. Bila perlu puisi yang akan dibacakan jauh sebelumnya dipersiapkan sehingga memudahkan ekspresi saat tampil. Boleh jadi karena ekspresi , walah hanya melirik kata di baris puisi mulut pembaca puisi langsung menuntaskan baris puisi karena hafal.
Pemahaman terhadap puisi yang akan dibacakan sangat perlu sebagai 'pesan yang akan disampaikan. Biasanya judul puisi merupakan kepala pesan , namun bukan tidak mungkin judul puisi malah tujuan atau sebaliknya bagi sebuah puisi utuh. Karena itulah sebelum tampil membaca puisi hendaknya memahami maksud tujuan serta pesan penyair puisi tersebut.
Perhatikan artikulasi kata dalam kalimat dan kata-kata Baru.
Kesletot kata bisa mungkin karena kurang pahami kata baru dan artikulasi yang berada dalam baris kata. Jika ini terjadi maka nilainya, bagi juri misalnya, adalah nol atau diskualifikasi. Mengapa? Jelas ini adalah pembacaan yang salah sebab naskah adalah paten dan baku bagi sebuah karya. Apapun isi puisi harus dibacakan sesuai dengan asli tulisannya. Tak ada kata perubahan untuk penyesuaian kata atau penyederhanaan. Kecuali bagi naskah-naskah alih bahasa.
Pembaca puisi yang telah biasa , biasanya sangat memperhatikan kata-kata baru dan kata-kata dengan artikulasi yang dimaksud dalam baris puisi atau bait puisi. Salah penafsiran bukan kebebasan apresiasi tetapi sudah salah terhadap kandungan. Hal ini dimaksudkan agar kita menghargai cipta seseorang.Apresiasi adalah wujud penghargaan cipta itu.
Baca puisi bukan deklamasi
Disini pengertian perlu diluruskan agar tidak salah kaprah. Baca puisi boleh dengan kebebasan gerak , boleh dengan kebebasan bertingkah, dan boleh dengan kebebasan aksi panggung . Baca puisi juga boleh dengan segala macam kolaborasi seni dan musik. Kebebasan ini namun tetap terjaga dengan makna baca puisi itu. Yakni penyampaian karya sastra berupa puisi yang di sampaikan dengan bentuk lisan tanpa merubah arti pesan dari penyairnya. Jadi laval ucapan pembaca puisi harus jelas terdengar. Mau lirih atau teriak boleh saja tetapi artikulasinya dari ucapan itu benar. Kita perhatikan tokoh penyair yang telah piawai membaca puisi, ketika tengah membaca puisi walau dengan tingkah apa pun tetap suara menjadi nomor satu. Lantang, mendayu-dayu, kemudian lirih sedih dan kemudian menghentak mengagetkan !
Baca puisi bukan deklamasi
Disini pengertian perlu diluruskan agar tidak salah kaprah. Baca puisi boleh dengan kebebasan gerak , boleh dengan kebebasan bertingkah, dan boleh dengan kebebasan aksi panggung . Baca puisi juga boleh dengan segala macam kolaborasi seni dan musik. Kebebasan ini namun tetap terjaga dengan makna baca puisi itu. Yakni penyampaian karya sastra berupa puisi yang di sampaikan dengan bentuk lisan tanpa merubah arti pesan dari penyairnya. Jadi laval ucapan pembaca puisi harus jelas terdengar. Mau lirih atau teriak boleh saja tetapi artikulasinya dari ucapan itu benar. Kita perhatikan tokoh penyair yang telah piawai membaca puisi, ketika tengah membaca puisi walau dengan tingkah apa pun tetap suara menjadi nomor satu. Lantang, mendayu-dayu, kemudian lirih sedih dan kemudian menghentak mengagetkanÂ
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H