Membaca Sastra, Masyarakat Disuguhkan Banyak Pilihan
Baiklah kita melihat apa yang terjadi di masyarakat dalam ham membaca karya sastra. Kecenderungan apa masyarakat menaruh minat membaca sastra? Sampai saat ini yang terjadi adalah masyarakat memberi apresiasi kepada nama sastrawan dulu ketimbang karya sastra dalam hal membaca bacaan sastra.
Artinya masyarakat mememilah dulu nama sastrawan yang populair untuk membaca sastra ketimbang bacaan sastra yang banyak tersebar.Â
Gejala inilah yang membuat penulis sastra lebih mengokohkan identitas diri ketimbang mempopulairkan karya sastranya. Hal ini terbukti masyarakat lebih cepat mengenal nama sastrawan ketimbang karya sastra. Akibatnya sastra Indonesia lebih mengetengahkan sosok sastrawannya ketimbang karya sastranya.
Bukti lain terlihat melalui media-media internet sorotan dan tampilan sastrawan lebih banyak dari pada karya sastra sepanjang tahun.Â
Tidak hanya sastrawan-sastrawan pemula yang wajar mempopulairkan identitasnya tetapi juga banyak diantara yang senior justru tak kalah, dan tampak rajin menampilkan identitas-identitasnya setiap waktu.
Sebetulnya banyak pilihan karya sastra modern ini dari yang modivikasi klasik hingga yang semi dan mutakhir. Ribuan karya puisi dan ratusan antologi bersama serta jenis karya sastra lain cerpen dan novel di masa sastra dikenalkan melalui akun-akun interrnet menyuguhkan ragam yang banyak dan menjadi pilihan baca yang menarik.Â
Akan tetapi masyarakat pun sama sebagai pengguna aku-akun internet juga tengah ramai sibuk melakukan komunikasi dalam teknologi informasi yang berkembang ini, sehingga masyarakat akhirnya juga terdorong untuk mengutakaman komunikasi dengan pengguna lain termasuk sastrawan ketimbang membaca karya sastra yang banyak disuguhkan oleh sastrawan. Akhirnya karya sastra yang berlimpah dalam dunia maya ini hanyalah hiasan gambar-gambar yang melayang sepintas.
Sebetulnya banyak karya-karya sastra pilihan yang seharusnya berada dalam kelompok karya sastra populair di masyarakat, tetapi kemunculannya belum menyentuh hati masyarakat pembaca. Sehingga tidak menutup kemungkinan sastrawan terkenal bukan karena karya sastranya tetapi karena tampilannya di situs-situs internet dan akun-akun sosial yang deras sehingga mudah dikenali dan dapat berkomunikasi dengan masyarakat.
Grafik kemunculan sastrawan yang lebih banyak dari kemunculan karya sastranya juga kekurang-percayaan sastrawan terhadap karyanya sendiri untuk dipublikasikan, mereka lebih percaya terkenal dulu baru menyodorkan karyanya. (rg bagus warsono)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H