Penyair Indonesia memiliki gayanya sendiri dalam merekam peristiwa di Indonesia. Ialah komunitas Lumbung Puisi yang satu hari Sebelum Jokowi umumkan Libur Corona Di Rumah 14 hari , menggagas digarapnya antologi puisi nasional yang berjudul "Corona" . Yaitu antologi yang mencatat peristiwa di negeri ini. Peristiwa yang baru pertama kali terjadi di Indonesia berupa pencegahan korban dan meluasnya virus corona di Tanah air.Â
Corona bagi penyair adalah sesuatu yang baru tetapi sudah lama ditulis penyair dalam kontek pencegahan terhadap bahaya masuknya penyakit dari luar negeri di nusantara ini. Seperti sebelumnya , misalnya tentang Aids (HIV) atau Flu burung (Avian influenza (AI)).
Penyair dengan jiwanya yang memiliki kepedulian segala macam lewat puisi adalah perbuatan terpuji. Mereka menjaga, mencegah, bahkan juga pelipur lara dan menghibur.
Doeloe ketika Indonesia dalam bahaya diserang Belanda (penjajah) Ismail Marzuku tak hanya mencipta lagu perjuangan tetapi juga cinta di masa perjuangan. Dinda Bestari, misalnya dikarang oleh Suprono untuk mengabadikan cinta dimasa negara dalam keadaan bahaya. Nah bagaimana dengan saat ini dimana negara dalam keadaan bahaya virus corona yang juga disebut covid19 kenapa Anda tidak menulis cinta di masa bahaya corona?
Presiden telah berbuat tepat terhadap Negara Kesatuan republik Indonesia. Keadaan bahaya bukan terhadap serangan musuh saja tetapi juga keselamatan rakyatnya. Termasuk keselamatan bangsa ini. Virus mematikan ini bersifat masal maka tepat jika Presiden memberlakukan 'diam di rumah agar virus tidak menyebar meluas terhadap bangsa ini.
Aneka rupa orang memandang corona. Ada yang menyepelekan, ada yang sebaliknya ketakutan, ada yang waspada, ada yang biasa-biasa saja. Keimanan tentu kematian di tangan Yang Maha Kuasa, namun bukankah kebersihan juga sebagian dari iman?
Jika penyair memiliki kepedulian terhadap segala macam bidang, bahkan sejak dulu mengapa tidak sebaliknya masyarakat juga negara memiliki kepedulian terhadap penyair? Tetapi kita (penyair) tak harus meminta pamrih apalagi upah atas karya kita. Atau pura-pura membantu program pemerintah. Jika itu ada kecil sekali porsi itu dibanding kepedulian penyair pada umumnya. (Rg Bagus Warsono)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H