Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Melodi Bulan Purnama

29 November 2024   16:44 Diperbarui: 29 November 2024   16:44 30
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi bulan purnama. foto: shutterstock/Yongkiet Jitwattanatam) 

Kata-katanya menggugah jiwaku. Mungkin selama ini aku terlalu terfokus pada tanggung jawab dan ekspektasi, hingga melupakan mimpi dan cita-cita yang selama ini terpendam. Aku mulai berpikir, mungkin inilah saatnya untuk mengejar semua yang tertunda, untuk menulis bab baru dalam hidupku.

Setelah percakapan kami, aku merasa semangatku kembali menyala. Mira mengajak untuk menjelajahi kota di malam hari, dan saat kami berjalan, aku menyempatkan diri untuk berdoa dalam hati, berharap agar perjalanan ini menjadi bagian dari rencana-Nya yang lebih besar.

Kami berjalan di sepanjang tepi Danau Como, terpesona oleh pemandangan yang menakjubkan. Lampu-lampu kecil di sepanjang jalan menciptakan suasana yang romantis, menyala seperti bintang-bintang yang jatuh. Mira bercerita tentang berbagai pengalaman di tempat-tempat indah yang telah ia kunjungi. Dia menggambarkan pasar malam di Barcelona, di mana penjual-penjual menyajikan tapas lezat dan musisi jalanan menghidupkan suasana. Kami saling berbagi impian dan harapan, dan aku merasa hatiku semakin ringan.

Kami berhenti di sebuah kafe kecil yang menawarkan kopi terbaik di kota. Dihiasi dengan lampu gantung vintage dan perabotan kayu berwarna gelap, kafe itu terasa hangat dan intim. Saat kami duduk di luar, menyesap kopi hangat yang disajikan dalam cangkir keramik yang dihias cantik, aroma biji kopi yang baru diseduh menyelimuti udara malam. Aku merasakan sesuatu yang berbeda. Malam itu, semua keraguan dan ketakutan terasa menghilang. Mira berbagi cerita tentang perjalanan hidupnya, tentang bagaimana ia pernah merasa terjebak dalam rutinitas yang monoton, tetapi menemukan kebebasan melalui seni.

"Setiap langkah yang kita ambil adalah bagian dari perjalanan kita," ujarnya. "Jangan takut untuk menjelajahi hal-hal baru. Hidup ini terlalu singkat untuk tidak merasakannya."

Dengan semangat yang baru, aku merasa seolah terlahir kembali. Kami bercanda, tertawa, dan merayakan keindahan hidup. Dalam diri Mira, aku menemukan cermin dari harapanku. Kami menghabiskan waktu berbincang, seolah waktu tidak pernah berhenti. Dalam obrolan kami, Mira mengajakku untuk mengunjungi pameran seni yang akan diadakan di kota selama akhir pekan. Dia meyakinkanku bahwa pengalaman itu akan mengubah cara pandangku tentang seni dan hidup.

Suatu sore, kami menemukan sebuah galeri seni kecil yang terpencil, dipenuhi oleh karya-karya seniman lokal. Dinding-dindingnya dicat putih bersih, dengan lukisan-lukisan berwarna cerah yang menghiasi setiap sudut. Mira mengajakku untuk berkeliling, dan setiap lukisan yang kami lihat menyentuh bagian terdalam jiwaku. Salah satu lukisan, yang menggambarkan dua orang berdansa di bawah sinar bulan, membuatku teringat pada malam pertama kami bertemu. Mira memperhatikan reaksiku dan berkata, "Setiap karya seni ini memiliki cerita. Mungkin kita juga bisa menciptakan cerita kita sendiri."

Aku pun tersentuh oleh kata-katanya. Saat kami berdiskusi tentang lukisan-lukisan tersebut, aku mulai menyadari bahwa bukan hanya Mira yang memberiku inspirasi, tetapi juga karya seni yang kami lihat. Kami pun mulai berbagi ide untuk menciptakan proyek seni bersama---mungkin sebuah pameran yang merayakan kehidupan dan impian.

Semakin dekat hari pameran seni yang diadakan di kota, semangatku semakin membara. Aku mulai mengumpulkan tulisan-tulisan yang telah kutinggalkan dan merencanakan untuk mempresentasikannya di pameran bersama Mira. Kami bekerja keras, merencanakan setiap detail dan menyiapkan materi. Mira mengajarkanku cara mengekspresikan diriku melalui seni, dan aku mulai merasakan kepercayaan diri yang sempat hilang.

Akhir pekan pun tiba, dan pameran seni itu akhirnya dibuka. Suasana di dalam galeri terasa hidup dengan pengunjung yang tertarik dengan karya-karya yang dipamerkan. Saat tiba giliranku untuk membagikan kisahku, aku berdiri di depan audiens. Dengan suara yang bergetar, aku mengawali dengan ucapan syukur kepada Allah, yang telah memberiku kesempatan untuk berbagi cerita ini. Aku mengingatkan diri dan audiens akan pentingnya mengingat setiap nikmat yang kita terima, sekecil apapun.

Saat aku selesai, tepuk tangan meriah menggema di ruangan. Mira berdiri di antara kerumunan, tersenyum bangga. Kami merayakan keberhasilan ini, bukan hanya untuk diri kami sendiri tetapi juga untuk semua orang yang terlibat dalam perjalanan ini. Di tengah kerumunan, aku melihat wajah-wajah yang akrab, teman-teman dan orang-orang yang pernah berbagi cerita denganku. Semuanya adalah bagian dari kisah yang lebih besar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun