***
Saya ditanya oleh beberapa orang teman. Pertanyaannya semacam ini: "Kalau ikut menulis di Kompasiana itu dapat apa?"
"Berapa honor menulis di Kompasiana?"
Saya tersenyum sebelum menjawab. Saya bilang, di Kompasiana ada honorarium. Besar kecilnya ditentukan berdasarkan banyaknya yang membaca dan dihitung tim penilai. Penilaiannya dilakukan setiap bulan. Selebihnya bisa dibaca di aturan K-Reward di fitur Kompasiana.
Apakah saya pernah dapat uang dari K-Reward? Pernah, lima kali (lima bulan). Nilainya paling banyak Rp 300 ribu sekian. Selebihnya saya tidak mendapatkannya.
Kecewa? Saya bilang, urusan mendapatkan manfaatkan itu bukan melulu uang. Saya menulis di Kompasiana untuk menyalurkan hobi. Karena bisa leluasa berekspresi dibandingkan dengan media mainstream yang pernah saya geluti.
Soal manfaat itu, di Kompasiana ada ratusan ribu akun. Pemilik akunnya bukan hanya dari Indonesia, tapi juga mereka yang tinggal di berbagai negara di dunia.
Sedikitnya sehari ada seribu artikel diposting. Sebagai platform blog ini tentu cukup besar untuk menjangkau pemirsa. Tulisan saya soal Festival Peneleh di Kompasiana bisa masuk Google Discover yang dibaca banyak orang.
Karena besarnya itu, saya menjadikan Kompasiana untuk mem-branding diri. Itu jelas terbukti. Banyak pekerjaaan sampingan saya peroleh dari mereka yang membaca tulisan saya di Kompasiana. Dari situ saya pun mendapat benefit yang lumayan.
Itu sebabnya, saya selalu bilang di setiap pelatihan jurnalistik, jika menulis itu adalah aktivitas yang bernilai. Tidak akan pernah ada kata sia-sia dengan tulisan yang kita buat. Percayalah!
Mengutip pesan Pramoeda Ananta Toer: "Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." Â