Yang terjadi, liburan di Jogja jauh di luar ekspektasi, benar-benar tak sesuai harapan. Pasalnya, sopir tak kelewat paham lokasi objek wisata. Yang mengesalkan dia juga sering salah jalan.
Buntutnya, butuh waktu lama untuk mengunjungi satu objek wisata di Jogja. Waktu lebih banyak habis di jalanan. Sehari full kami hanya mengunjungi Candi Ratu Boko, kemudian lanjut ke Pasar Beringharjo. Malam hari baru ke Malioboro. Â
***
Di Jogja banyak pemandu wisata partikelir. Saya tidak tahu sejak kapan mulai ada dan menjamur pemandu wisata partikelir itu, kabarnya sudah lama. Mereka biasanya juga nyambi menjadi sopir ojek online.  Â
Dalam suatu kesempatan, istri saya bersama keluarga ke Jogja. Mereka pesan taksi online dari sebuat aplikasi transportasi. Tujuannya ke tempat oleh-oleh. Sang sopir mengantarkan dengan ramah.
Dalam perjalanan, sopir bertanya beberapa hal terkait kunjungan ke Jogja. Lazimnya dia melayani customer-nya. Di tengah pembicaraan dia cerita objek-objek menarik di Jogja. Yang unik, eksotik, dan paling sering dikunjungi wisatawan mancanegara.
Pembicaraan selanjutnya pun bisa ditebak. Istri dan juga keluarga saya jadi penasaran. Mereka pun lantas bertanya, "Apakah Bapak bisa mengatarkan kami ke sana?"
Sang sopir antusias menyanggupi. "Ibu nanti tinggal beri kabar kapan datang ke Jogja. Saya jemput di mana, nginep di sini berapa hari? Nanti saya akan bikin rundown-nya, Bu," katanya.
Sopir juga menjelaskan soal pembiayaannya. Tersedia paket paket all in yang meliputi sewa mobil, bahan bakar, dan supir. Minus tiket masuk tempat wisata dan parkir.
Untuk paket 14-15 jam seharga Rp 600 ribu sehari dan Rp 300 ribu untuk paket 7-8 jam. Bila melebihi jamnya atau penambahan yang bersifat insidentil, semisal menambah objek wisata, bisa nego langsung. Â Â Â