"Rivalitas hanya 90 menit, lebih dari itu kita sudah bukan lawan. Kita kawan, kita saudara. Jangan sampai ada kejadian yang sama terulang kembali. Cukup ini yang terakhir," begitu ucap Husain Ghozali, koordinator Green Nord 27 atau Bonek tribun utara.
***
Tragedi Kanjuruan jadi momentum perdamaian Bonek dan Aremania. Isu tersebut kini jadi bahasan serius. Baik di jajaran petinggi pemerintahan pusat dan daerah, klub-klub sepak bola, bahkan di kalangan netizen.
Persebaya Surabaya melalui akun media sosialnya, Rabu (5/10/2022), Â mengumumkan dengan judul "Nawaitu Perdamaian". Persebaya juga menyatakan akan mengadakan pertemuan dengan Arema. Persebaya ingin Bonek bisa mengakhiri rivalitas atau permusuhan dengan Aremania.
Azrul Ananda, perwakilan keluarga pemegang saham Persebaya, juga telah berkomunikasi langsung dengan Presiden Klub Arema Gilang Widya Pramana, untuk membahas hubungan kedua pihak ke depan.
Memang bukan hal mudah, tapi bukan berarti tak bisa dilakukan. Perseteruan bebuyutan Bonek daan Aremania itu memang terjadi sejak lama. Meski asal muasalnya maupun pemicunya sampai sekarang belum ada yang bisa menjelaskan.
Upaya mendamaikan Bonek dan Aremania juga bukan kali ini saja. Salah satunya yang pernah dilakukan koran lokal di Surabaya.Â
Sekira tahun 2002, koran lokal ini berupaya memediasi perdamaian antara Bonek dan Aremania. Beberapa tokoh dari kedua belah pihak diundang dan dikumpulkan.
Mereka berdiskusi, mengurai persoalan dan mencari solusinya. Hasilnya, mereka sepakat untuk mengakhiri permusuhan. Mendukung tim sepak bola tim sepak bola masing-masing tanpa harus mengusung rasa benci, amarah, dan dendam. Â
Pemberitaan perdamaian di-blow up besar-besaran. Menjadi headline di halaman depan koran tersebut. Plus foto utama perwakilan Bonek dan Arema yang sedang bersalaman. Publik pun menyambut hangat. Mengapresiasi adanya informasi yang menyejukkan itu.