Risma menyakini jika setiap kota harus memilihi ruang terbuka hijau yang memadai. Itu sebabnya, selain gencar membangun taman-taman kota, Risma juga membangun berbagai sarana olahraga. Di Surabaya kini telah dibangun 39 lapangan futsal, 19 lapangan sepak bola, 51 lapangan basket, 65 lapangan voli, 7 lapangan bulu tangkis, 2 lapangan tenis dan 4 arena panjat tebing. Semua lapangan tersebut dibangun di atas lahan milik Pemerintah Kota Surabaya.
Kelima, membuat shelter khusus anak perempuan. Di mana anak-anak tersebut diselamatkan dan diberi perlindungan. Shelter tersebut merupakan sebuah rumah khusus bagi mereka. Rumah ini memang dikhususkan bagi mereka karena untuk menangani anak-anak tersebut tidak bisa dicampur dengan anak yang lain. Rumah ini sengaja dirahasiakan supaya mereka tidak terganggu. Selain itu, ada anak-anak dari PSK. Anak-anak tersebut ditolong dengan cara dimasukkan shelter karena mereka ada yang mengidap drugs addict dan sex addict. Mereka kita di-treatment secara terpisah, karena mereka butuh penanganan khusus.
Anak-anak yang dirawat di shelter tersebut mayoritas disekolahkan lagi hingga lulus. Sedangkan yang lainnya dicarikan jalan keluar dengan memberi pekerjaan yang layak. Sedangkan anak-anak hasil korban pemerkosaan itu juga akan sekolahkan.
Dari kegiatan ini, Risma berhasil mencegah terjerumusnya anak-anak remaja perempuan dalam pergaulan bebas. Beberapa kali dia menangani kasus trafficking yang menimpa anak perempuan. Kemudian menelusuri akar masalahnya, bukan hanya dari lingkungan luar dan sekolah, tapi juga teman-teman dekatnya. Hasilnya, ada yang diketahui anak perempuan yang terjerumus trafficking lantaran bapaknya tidak bekerja, sementara ibunya hanya bekerja serabutan. Godaan gaya hidup juga ditemukan menjadi pemicu anak-anak terlibat trafficking.
Risma menemukan ada anak perempuan yang memiliki background pendidikan bagus. Di sekolah nilai untuk setiap mata pelajaran yang diikutinya mendapat angkat sangat memuaskan. Dia juga menjadi juara kelas dan ketua organisasi siswa intra sekolah (OSIS). Akan tetapi, di luar sekolah, dia terlibat masalah trafficking. Latar belakang karena ketidakharmonisan keluarga. Korban ini juga sudah berhasil ditangani dengan mengembalikan kembali kepada keluarganya.
Tak hanya itu, Risma juga menemukan adanya korban trafficking anak-anak yang dulunya tinggal di dekat lokalisasi prostitusi. Mereka sejak usia dini sudah terbiasa melihat hal-hal seperti yang terjadi di lokalisasi pelacuran. Ada juga anak-anak yang ada di lokalisasi ini mengajak teman-temannya. Yang terjadi, ada juga anak yang telah lulus dan butuh pekerjaan, anak yang mengalami putus sekolah karena keterbatasan biaya, anak yang sudah lulus sekolah butuh pekerjaan dan dibohongi orang, anak yang dirayu oleh keluarganya sendiri untuk terjerumus dalam kegiatan prostitusi karena butuh pekerjaan. Semua masalah yang mendera korban bisa diselesaikan.
Risma melakukan penyelamatan dengan membawa korban-korban trafficking asal Surabaya. Di antaranya, menjemput pulang seorang remaja perempuan yang jadi korban trafficking di Batam, Perempuan yang menjadi korban trafficking di Pulau Aru, Papua.
Ada lagi, seorang remaja perempuan yang dibohongi keluarganya kemudian dijadikan pelacur di Makasar Selain itu, Tenaga Kerja Indonesia (TKI) yang menjadi korban trafficking dan hamil sampai melahirkan, Risma kemudian menjemputnya pulang.
Keenam, anak-anak jalanan yang mengamen dan jualan koran diganti penghasilan mereka, namun mereka diwajibkan terus bersekolah. Langkah ini dilakukan setelah dilakan penyisiran di jalanan. Anak-anak yang diketahui beraktivitas di jam-jam sekolah "diamankan". Selanjutnya, petugas membawa ke orang tuanya. Setelah dijelaskan, orang tua mereka bisa menerima selama mereka dapat menghasilkan uang.
***
Problem ketidakberesan di Kemensos memeng sangat akut. Â Tugas Tri Rismaharini sebaga Menteri Sosial amat sangat berat. Banyak orang berharap Risma bisa membenahi, sehingga tak ada lagi penyalagunaan wewenang, ketidakbecusan penyaluran bantuan, dan serentetan penyimpangan lainnya.