Ada beberapa catatan yang saya kumpulkan terkait program sosial yang dilakukan Risma semasa menjabat wali kota Surabaya. Dari program tersebut, Risma pada akhirnya mendapat penghargaan di level nasional maupun internasional. Â Di antaranya, Socrates Award 2014, City of Major 2014, Ideal Mother Award 2016, dan lainnya.
Pertama, Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (PPT-P2A). Lembaga ini sebagai wahana pelayanan bagi perempuan dan anak dalam upaya pemenuhan informasi dan kebutuhan di bidang pendidikan, kesehatan, ekonomi, politik, hukum, perlindungan dan penanggulangan tindak kekerasan serta perdagangan terhadap perempuan dan anak.
PPT-P2A memfasilitasi penyediaan berbagai pelayanan untuk masyarakat, baik fisik maupun non fisik. Di antaranya, informasi, rujukan, konsultasi atau konseling, dan pelatihan keterampilan.
PPT-P2A merupakan lembaga pemerintah berbasis masyarakat yang bersentuhan langsung dengan perempuan korban kekerasan. PPT-P2A juga memiliki kewajiban moral untuk turut serta memerangi dan menanggulangi faktor-faktor penyebab terjadinya kekerasan terhadap perempuan.
Salah satu yang menjadi perhatian PPT-P2A, selain memberikan perlindungan kepada perempuan dari perilaku yang mengarah pada kekerasan, juga menciptakan kemandirian bagi perempuan dengan melakukan program pemberdayaan ekonomi perempuan.
Kedua, mempromosikan dan mengembangkan hak-hak anak-anak dengan tetap memperhatikan hak-hak dasar anak. Antara lain, hak untuk mendapatkan pendidikan, hak pengasuhan (tumbuh kembang), hak kesehatan, hak untuk mendapatkan identitas dan hak untuk memperoleh perlindungan.
Ada banyak kegiatan dilakukan, antara lain membentuk Pusat Krisis Berbasis Masyarakat (PKBM) di setiap kecamatan, membentuk Satgas Perlindungan Perempuan dan Anak (Satgas PPA) di setiap kelurahan, melakukan razia malam bersama dengan Satpol PP dan dinas terkait di tempat hiburan umum, taman dan tempat-tempat lain yang potensi bahaya bagi anak-anak, Â membentuk Rumah Sahabat Anak dan Halo Anak Surabaya
Selain fokus pada penanganan korban, program ini juga memperhatikan lingkungan di sekitar korban, seperti orang tua, keluarga, lingkungan rumah. Penyelesaiannya dilakukan secara bertahap dan terpadu.
Ketiga, membentuk Kampung Anak Negeri di Rungkut, Surabaya. Kampung Anak Negeri menampung siswa yang memiliki kekurangan. Di antaranya anak jalanan dan pengamen. Jumlahnya sekitar 1.000 orang. Kegiatannya meliputi pemenuhan kebutuhan dasar, bimbingan mental, fasilitas pendidikan, tenaga medis, tenaga psikolog pelatihan keterampilan seperti sablon, otomotif, senam bersama, rekreasi bersama.
Selain itu, diberikan beasiswa mahasiswa berprestasi dari keluarga tidak mampu. Di sana juga ada tempat pembinaan bagi anak tuna grahita dan asrama bagi anak keluarga miskin yang berprestasi.
Keempat, di kalangan anak berkebutuhan khusus dibemberikan apresiasi tinggi. Itu diwujudkan dengan penyelanggaraan Peringatan Hari Disabilitas Internasional secara periodik, lomba-lomba dan pertunjukkan seni, menggali bakat dan potensi siswa, dan Inclusive Education Awards. Juga pemberian bantuan perlengkapan sekolah bagi sekolah bagi siswa inklusi.