Kabar terakhir, Citilink masih melakukan repeat order pada September 2020 lalu. Meski kapasitas pesanannya tidak sebesar sebelum pandemi Covid-19.    Â
***
Empat pelaku UMKM Pahlawan Ekonomi Surabaya yang produknya dijual di dalam pesawat Citilink saya pastikan tidak bermodal instan. Mereka merintis usaha dalam kurun waktu yang cukup lama. Melakukan bekali-kali eksperimen sebelum menemukan produk unggulan. Mereka juga mampu bertahan di masa krisis. Berikut profil mereka: Â
1. Choirul Machpuduah
Seorang mantan aktivis buruh pabrik yang Di-PHK akibat membela hak-hak buruh perempuan. Dia mendirikan Kampung Kue Tradisional (komunitas produsen jajan pasar) di daerah Rungkut, Surabaya  karena melihat peluang rekan-rekan buruh tidak sempat sarapan kalau pagi.
Sebagai Pemenang Pahlawan Ekonomi, dia merintis usaha baru (spin off) cookies, seperti almond crispy, supaya tidak bersaing dengan sesama komunitasnya. Setelah ikut Tatarupa, dengan kemasan dan branding lebih baik, harga produk bisa naik dari Rp 35 ribu menjadi Rp 55 ribu.
Usahanya makin meroket setelah ia tidak hanya berjuan offline, tapi juga memanfaatkan digital marketing. Omzetnya naik berlipat-lipat dari Rp 5 juta sebulan menjadi Rp 35 juta per bulan saat ini. Bahkan setiap Lebaran omzetnya naik dua kali lipat menjadi Rp 70 juta per bulan.
2. Diah Arfianti
Perempuan ini pernah merasakan pengalaman pahit bersama suaminya di-PHK lantaran perusahaan tempat mereka bekerja bangkrut. Diah memertahankan hidup keluarganya dengan berbisnis kuliner, seperti nasi bebek dan kue kering, seperti nastar, di momen Lebaran dan Natal.
Setahun terakhir, sebagai Pemenang Pahlawan Ekonomi, Diah ikut Tatarupa, fokus di Kue Kering terutama Nastar dengan kemasan dan branding yang lebih baik.