Mohon tunggu...
AGUS WAHYUDI
AGUS WAHYUDI Mohon Tunggu... Jurnalis - setiap orang pasti punya kisah mengagumkan

Jurnalis l Nomine Best in Citizen Journalism Kompasiana Award 2022

Selanjutnya

Tutup

Hobby Artikel Utama

Musim Berkebun, Pasar Bunga Kayoon, dan Manisan Pak Tomo

21 April 2020   16:05 Diperbarui: 22 April 2020   13:34 1080
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bosan juga berhari-hari berada di rumah. Mengikuti ritme kegiatan yang hampir sebulan berubah selama masa pandemi Corona (Covid-19). Yang rutin sekarang, mengerjakan tugas-tugas kantor di rumah. Di sela itu mengaji selepas salat, membaca buku, dan berolahraga tipis-tipis.

Ada satu lagi yang sudah saya rancang sejak lama semasa anjuran work from home (WFH). Apa itu? Berkebun di rumah. Saya memang sangat terobsesi namun belum jua terwujud. Sudah berniat, tapi belum juga memulai.    

Beberapa hari ini, saya sangat terinspirasi melihat orang-orang yang punya kebun di rumah. Memanfaatkan lahan minimalis namun bisa bermanfaat. Mengisi hari-hari dengan bercocok tanam. Baik yang menggunakan tanah maupun yang memanfaatkan air (hidpronik). 

Saya juga menyaksikan beberapa teman yang memposting kegiatan berkebun di media sosial. Saat menghabiskan waktu di rumah. Menanam sayur dan buah-buahan. Diceritakan proses menanam dari pembibitan, cara merawatnya, sampai memetik sayur dan buahnya.

Giring Ganesha, eks penyanyi Nidji yang kini terjun ke dunia politik, menghabiskan waktu bersama keluarganya di rumah dengan berkebun. Giring sudah bikin green house hidroponik. Dia bilang ingin selalu melakukan hal-hal yang produktif.

Di Surabaya, Bu Risma punya kebun di atas lahan kanopi atap gedung Balai Kota. Sudah beberapa kali panen padi varietas membrano. Bu Risma ingin membuktikan dan mengajak warga Kota Pahlawan kalau terbatasnya lahan bukan jadi halangan. Menggunakan lahan yang ada bisa untuk menanam padi.  

Beberapa artikel juga saya baca untuk melihat perspektif lain mengisi kegiatan di rumah. Yang menarik, laporan tentang tren hobi berkebun. Seperti yang dilansir Reuters kemudian dikutip banyak situs di Tanah Air, pengalaman seorang editor sebuah majalah yang berdomisili di Chicago, Amerika Serikat. 

Namanya Jaime Calder. Dia dan keluarganya sekarang menanam sayur hijau chard, collard hijau, bawang, paprika, semangka, blackberry di kebun rumah mereka.

Calder dan keluarganya juga mengonsumsi hasil kebun mereka. "Ini hanya tambahan. Tidak mungkin kami berlima hanya makan dari hasil kebun, tapi ini bisa membuat kami menghindari toko selama beberapa bulan," ucap Calder.

Perusahaan benih di Amerika Serikat, Atlee Burpee & Co, mencatat lonjakan penjualan benih tertinggi selama 144 tahun terakhir. Pimpinan perusahaan, George Ball, mengatakan peningkatan drastis terjadi pada Maret 2020, ketika virus Corona mulai menyebar.

Stokes Seeds, perusahaan serupa yang berbasis di Kanada, menerima 1.000 pesanan benih daring selama akhir pekan ketiga Maret 2020. Presiden Stokes Seeds Wayne Gayle mengatakan, permintaan dari pelanggan Kanada dan AS itu empat kali lebih banyak dari biasanya. 

Pendeknya, berkebun bukan hanya sekadar hobi, apalagi djadikan kegiatan menghilangkan kepenatan. Berkebun menjadi tren positif untuk menyediakan makanan tambahan.

Ah, sedap betul membayangkannya!

***

Untuk memompa semangat, saya bareng istri ingin memulai dengan menata tanaman hias . Kebetulan di rumah beberapa tanaman hias yang gak terurus. Sebagian sudah mati.  Hari Minggu, kami ke Pasar Bunga Kayoon. Berangkat selepas Ashar.

Saya gak ingin berlama-lama. Beli keperluan secukupnya. Gak boleh lebih satu jam. Habis itu balik ke rumah. Perkiraan saya juga gak melesat. Jalanan Surabaya pada hari Minggu pasti lengang. Semua ruas jalan protokol nampak sepi. Seperti kawasan Balai Kota Surabaya dan sekitarnya. 

Tidak terlihat penumpukan kendaraan di traffic light. Gak seperti hari-hari biasa yang selalu padat. Para sopir ojek online (ojol) lebih banyak nganggur. Menepi di bahu jalan sambil melihat smartphone-nya.

Surabaya memang belum memberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Gubenur Khofifah Indar Parawansa baru memutuskan penerapan PSBB Kota Surabaya, Gresik, dan Sidoarjo, Minggu (18/4/2020). Ini setelah Gubernur Khofifah mengundang Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, Plt Bupati Sidoarjo Nur Ahmad, dan Plt Bupati Gresik Nadlif di Gedung Negara Grahadi. 

Surat resmi penerapan PSBB Surabaya Raya (begitu menyebutnya, red) telah dikirim Gubernur Khofifah kepada Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto.   

Saya memilih ke Pasar Bunga Kayoon karena saya anggap cukup lengkap. Sama juga di Pasar Bunga Bratang. Hanya, keberadaan Pasar Bunga Kayoon lebih dekat dari rumah. 

Hampir semua jenis tanaman hias ada di sana. Berikut aneka jenis pupuk, pot, dan lainnya. Ada beberapa pengurus Himpunan Pedagang Pasar (HPP) yang juga saya kenal.    

Di pasar legendaris itu juga dihuni banyak perajin karangan bunga. Mereka bisa menerima pesanan papan karangan bunga. Untuk ucapan duka cita/bela sungkawa, pernikahan, ulang tahun perusahaan, pembukaan toko/kantor, keluluhan wisuda, anniversary, dan lain sebagainya.

Para perajin bunga di Pasar Bunga Kayoon juga biasa menerima pesanan kendaraan hias. Biasanya yang memesan perusahaan untuk mengikuti acara-acara besar, seperti pawai memeringati Hari Jadi Kota Surabaya yang berlangsung setiap tahun. Namun tahun ini dipastikan ditiadakan karena wabah Corona.    

Pasar Kayoon dikenal paling stabil di antara pasar lain di bawah pengelolaan Perusahaan Daerah Pasar Surya, salah satu BUMD milik Pemkot Surabaya. 

Omzet rerata sebulan yang diperoleh pedagang jarang yang minus. Turnover pedagang juga kecil. Banyak kepemilikan stan yang diwariskan. Artinya, usaha dilanjutkan anak, cucu, dan generasi berikutnya. Di Pasar Kayoon nyaris tak ada gejolak.  

Tiba di Pasar Bunga Kayoon, pilihan kebutuhan sudah tersedia. Tidak perlu banyak menawar. Beberapa bunga hias, pupuk, dan pot saya beli. Setelah pedagang memberikan beberapa alternatif.

***

Pak Tomo dan manisan jualannya. foto:laurentiadewi.com
Pak Tomo dan manisan jualannya. foto:laurentiadewi.com

Kami memang tak ingin berlama-lama. Namun, saat beranjak pulang, perhatian kami terpatri tepat di depan pintu masuk utama Pasar Bunga Kayoon. Di depan Kantor Pelayanan Pajak (KPP) Pratama Genteng. Di mana ada jualan manisan. Yang jual karib disapa Pak Tomo. Manisan ini cukup legendaris. Beberapa orang mengantre saat kami membeli.

Tahun 2000-an, saat istri ngidam, hampir tiap hari saya selalu membelikan manisan Pak Tomo. Jika pulang lupa gak beli, istri pasti nggerundel. Bahkan beberapa kali ketika pulang, saya harus berangkat ke Pasar Bunga Kayoon hanya untuk membeli manisan Pak Tomo. Saya pernah membelikan selain manisan Pak Tomo. Namun istri selalu tahu dan ujungnya gak mood lagi menikmati manisan.  

Manisan Pak Tomo buka rada siang, jam 11-an. Yang dijual sayur asin, salak pedas, salak manis, kedondong pedas, belimbing pedas, mangga pedas, mangga manis, anggur bogor, dan beberapa menu lain.

Tak banyak yang berubah ketika saya dan istri membeli manisan Pak Tomo. Hanya sekarang Pak Tomo tidak memakai gerobak dorong lagi. Melainkan menggunakan kendaraan roda tiga. 

Saya baru tahu kalau bisnis manisan Pak Tomo sekarang sudah ditularkan ke anaknya. Pak Tomo jualan hari Senin sampai Sabtu. Sedang hari Minggu diserahkan ke anaknya.

 Pak Tomo selalu ramah meladeni pembeli. Bahkan dia kerap bikin joke. Seperti kalau manisan kedondong yang katanya pakai cabai dia Lombok (cabai), tapi temannya yang banyak. Dan ketika diincipi pedasnya memang nendang.  

Pak Tomo juga menempatkan timbangan di depan. Dia ingin customer-nya melihat saat dia menimbang. Yang saya tahu, dia gak pernah kurang atau pas ketika menimbang manisan, tapi menambahnya meski hanya beberapa lembar.  

Mulai merintis usaaha tahun 90-an, Pak Tomo sampai kini masih punya customer fanatik. Itu karena dia selalu menggunakan bahan yang fresh. Pak Tomo tak punya kebun. Namun dia kenal banyak juragan buah-buahan dan sayur-sayuran.  

Pak Tomo meracik sendiri manisan yang dijualnya. Dua minggu sekali dia membuat manisan. Manisan yang djual bisa awet hingga satu minggu. Bergantung dari proses pencucian buah. Juga banyak atau tidaknya garam. Kalau buahnya dicuci sampai benar-benar bersih, terus garamnya juga banyak, manisannya bisa awet lebih lama.

Buah yang digunakan pun memiliki jenis tersendiri. Seperti jenis mangga Pak Tomo memilih mangga dengan jenis manalagi. Jenis ini memiliki rasa buah yang enak, daging buahnya keras jika direndam dalam garam pun tidak mudah lembek.

Pun buah salak, Pak Tomo memilih salak Bali. Daging buahnya lebih tebal dibandingkan salak pondoh. Salak ini juga tidak berubah warna menjadi cokelat apabila direndam dalam air garam.

Matahari mulai beringsut. Dalam perjalanan pulang saya kepikiran untuk segera mewujudkan kebun mini di rumah. Yang harus saya pacu dalam diri adalah berupaya istiqamah bin konsisten bin ajeg. Dan, Pasar Bunga Kayoon dan Pak Tomo bisa menjadi contohnya. (agus wahyudi)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun