Pak Tomo selalu ramah meladeni pembeli. Bahkan dia kerap bikin joke. Seperti kalau manisan kedondong yang katanya pakai cabai dia Lombok (cabai), tapi temannya yang banyak. Dan ketika diincipi pedasnya memang nendang. Â
Pak Tomo juga menempatkan timbangan di depan. Dia ingin customer-nya melihat saat dia menimbang. Yang saya tahu, dia gak pernah kurang atau pas ketika menimbang manisan, tapi menambahnya meski hanya beberapa lembar. Â
Mulai merintis usaaha tahun 90-an, Pak Tomo sampai kini masih punya customer fanatik. Itu karena dia selalu menggunakan bahan yang fresh. Pak Tomo tak punya kebun. Namun dia kenal banyak juragan buah-buahan dan sayur-sayuran. Â
Pak Tomo meracik sendiri manisan yang dijualnya. Dua minggu sekali dia membuat manisan. Manisan yang djual bisa awet hingga satu minggu. Bergantung dari proses pencucian buah. Juga banyak atau tidaknya garam. Kalau buahnya dicuci sampai benar-benar bersih, terus garamnya juga banyak, manisannya bisa awet lebih lama.
Buah yang digunakan pun memiliki jenis tersendiri. Seperti jenis mangga Pak Tomo memilih mangga dengan jenis manalagi. Jenis ini memiliki rasa buah yang enak, daging buahnya keras jika direndam dalam garam pun tidak mudah lembek.
Pun buah salak, Pak Tomo memilih salak Bali. Daging buahnya lebih tebal dibandingkan salak pondoh. Salak ini juga tidak berubah warna menjadi cokelat apabila direndam dalam air garam.
Matahari mulai beringsut. Dalam perjalanan pulang saya kepikiran untuk segera mewujudkan kebun mini di rumah. Yang harus saya pacu dalam diri adalah berupaya istiqamah bin konsisten bin ajeg. Dan, Pasar Bunga Kayoon dan Pak Tomo bisa menjadi contohnya. (agus wahyudi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H