Terus terang, sedih membaca berita sopir ojek online (ojol) diusir dari kontrakannya. Gara-gara menunggak pembayaran selama tiga bulan lamanya. Sepinya pelanggan ojek online jadi penyebabnya. Bersama istri dan kedua anaknya yang masih balita, sang sopir yang akrab dipanggil Dodo, harus tinggal di halaman ruko.
Saat Dodo dan keluarga hendak tidur, pengemudi ojek online lainnya datang menghampiri dan mengajak Dodo beserta keluarga untuk ke base camp atau tempat nongkrong para driver ojol di Depok. Di sanalah Dodo dan keluarga kemudian bermalam setelah diusir. (Kompas.com-08/04/2020)
Kondisi serupa hampir terjadi di semua daerah. Di Surabaya, buntut pandemi Covid-19, banyak sopir ojol sambat orderan sepi. Bahkan, ada yang mengaku sehari njedok, istilah yang dipakai bila tak ada order sama sekali alias kosong. Mereka paham kondisi sekarang membuat mobilitas masyarakat turun. Bekerja dialihkan di rumah. Yang lain malah di-PHK. Sekolah tak ada kegiatan belajar. Satu-satunya yang masih bertahan untuk pengiriman makanan. Namun, jumlah sopir ojol semakin banyak. Bisa dibilang, sopir ojol lebih banyak dari pada penumpangnya.Â
Di tengah keresahan dan kesulitan itu, saya pantas angkat topi dengan beberapa pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Pahlawan Ekonomi Surabaya. Mereka yang banyak berhubungan dengan sopir ojol berupaya ikut membantu dengan memberikan bantuan makanan dan bingkisan.
Diah Arfianti, owner Diah Cookies, misalnya. Dia pemenang pertama Pahlawan Ekonomi Award 2017 Kategori Home Industry. Diah jualan aneka kue kering. Beberapa hari terakhir, Diah membagikan ratusan paket sembako untuk sopir ojol. Bingkisan paket tersebut berisi beras, minyak, mi instan, selai, dan sarden.
Sebelumnya, Diah menyediakan nasi bungkus bagi sopir ojol yang mengirim barang Diah Cookies. Namun dia kepikiran, kalau nasi bungkus cuma sopir ojol yang makan. Kalau sembako kan bisa dibawa pulang. Bisa untuk keluarga di rumah.
Diah beralasan kalau membagi sembako di jalan kondisi sekarang sangat riskan. Jadi kami memutuskan siapa pun sopir ojol yang mengirim Diah Cookies itu yang akan diberi bingkisan sembako. Dengan program peduli ini  tiap hari kiriman lumayan banyak, hingga 50 paket sembako yang kami sediakan habis dalam 2-3 hari.
Lain halnya dengan Sufianto Arif, owner Segosoge. Dia pemenang kedua Pahlawan Ekonomi Award 2018 Kategori Culinary Business.  Arif ikut mendukung komunitas Kalakrisis Surabaya. Komunitas ini digawangi para dokter muda dari Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga. Programnya menggalang bantuan berupa asupan nutrisi, APD, dan dana untuk tenaga kesehatan 11 rumah sakit rujukan Covid-19 di Surabaya.
Ceritanya, Arief dihubungi pengurus Kalakrisis. Dijabarkan program aksinya. Tanpa pikir panjang, Arif menyatakan ikut bergabung. Dia menyumbang puluhan cup maksi (makan siang) buat para tenaga medis yang berada di garda depan melawan virus Covid 19 ini. Jumlah itu, bagi dia, tentu tidak sebanding dengan bantuan atau sumbagan yang diberikan pihak lain. Arif bahkan menyediakan diri untuk jadi juru masak bagi pemenuhan makan para tenaga medis.