Menurut Aris, persaingan bisnis jasa dan produk konveksi sekarang makin ketat dan kompetitif. Banting-bantingan harga, misalnya, sangat biasa terjadi. Bahkan kadang dia anggap gak masuk akal. Â Â
Selain itu, pebisnis konveksi juga tak boleh gampang memberikan kepercayaan. Sebab, peluang orang menipu juga sering terjadi. Pengalaman Aris, beberapa waktu lalu dia mendapat pesanan gamis sejumlah 2.000 potong, kurta 1.500 potong. Yang pesan orang dari Malaysia. Orang itu tahu usaha milik Aris dari marketplace. Di mana Aris memajang produk-produk di sana.
Orang dari Malaysia itu sempat melakukan survei di workshop Aris di Jalan Simo Tambaan Sekolahan, Surabaya. Dia melihat proses produksi, bahan baku, dan produk yang sudah jadi.
Tak hanya itu, utusan Malaysia itu juga melihat mesin dan mengukur kapasitasnya. Singkat cerita, Aris dan orang dari Malaysia itu bernegosiasi. Hingga menyepakati masalah harga.
Dalam kesepakatan, orang Malaysia itu minta dikirim barang dengan termin pembayaran. Tahap awal diberikan uang muka sebesar 30 persen dari nilai barang yang dipesan. Setelah barang dalam kondisi setengah jadi dilakukan pembayaran 50 persen. Sisanya 20 persen diberikan setelah semua barang pesanan jadi.
Aris bisa memenuhi pesanan sesuai kesepakatan. Sebelum mengirim barang, orang Malaysia itu berjanji akan melunasi sisanya setelah barang tiba. Namun faktanya, sisa pembayaran tak dipenuhi. Orang Malaysia itu tak bisa dihubungi. Namor hp-nya sudah tidak aktif.
Aris kini melebarkan cakar bisnisnya. Dia menggandeng desainer baju jebolan Lembaga Pengajaran Tata Busana (LPTB) Susan Budihardjo. Pasar anak muda dan perempuan menjadi bidikannya. Beberapa produk sudah dilempar di pasar. Meski agak lambat, tapi dia yakin bisa menggaet segmen yang diinginkan. (agus wahyudi)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H