Mohon tunggu...
Agustus Sani Nugroho
Agustus Sani Nugroho Mohon Tunggu... Advokat, Pengusaha -

Lawyer, Pengusaha, Penulis, Pemerhati masalah sosial budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Pilpres ajarkan kita beda: Usia vs Dewasa, Pendidikan vs Pintar, Pintar vs Bijaksana

30 Agustus 2014   03:20 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:08 251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pilpres yang SUDAH BERLALU ini ternyata bagi sebagian orang yg kalah atau merasa Capres pilihannya kalah belum juga usai. Seakan akan Jokowi itu saat Pilpres lalu berhadapan dgn KESEMPURNAAN dan bukan Prabowo. Hm.. barangkali benar juga, karena menurut mereka (para pendukungnya) Prabowo itu kan titisan Allah (walau kemudian diralat), makanya merupakan mahluk yg sempurna kali ? Lantas, semua masalah, bahkan yg belum atau bukan menjadi tanggung jawab Jokowi sebagai Presiden baru pun sudah dibebankan padanya.  BBM langka, juga karena Jokowi. Bahkan, ada yang memang menanamkan kebencian dan dendam itu sedemikian dalam sehingga kehilangan semua nalar, logika, bahkan mata, hati dan pikiran yg bersih, jernih. Sangat disayangkan, cukup banyak juga diantaranya adalah orang-orang yang berpendidikan tinggi.

Salah satu hal positif yang akan memberi manfaat bagi negeri ini adalah begitu besarnya partisipasi rakyat dalam Pilpres ini dan itu melibatkan "emosi" para politisi maupun para pendukungnya juga. Dan, yang terjadi kemudian adalah profil-profil orang menjadi sangat transparan dan dapat dengan mudah dilihat kharakter aslinya. Dalam Pproses Pilpres kali ini terkuaknya begitu banyak topeng yang digunakan oleh para politisi dan bahkan para pendukungnya (termasuk teman-teman kita sendiri), sehingga kita kemudian kita dapat melihat dengan jelas lalu menilai siapa dan seperti apa sesorang itu sesungguhnya.

Dalam periode Pilpres dan bahkan setelah lewatnya Pilpres itu juga, kita sering mendengar pendukung Prabowo membuat pernyatan,akan membentuk dan mengajak rakyat membentuk Milisi, mau membakar Istana Negara,  juga mau menduduki istana negara, jika kalah menghasut  rakyat melakukan gerakan Poeple Power, beberapa kali menghasut rakyat untuk menangkap dan menculik Ketua KPU. Setelah kalah di MK mengajukan gugatan ke PTUN, dan ditolak oleh PTUN karena gugatan tak berdasar, malah bicara mau kudeta Jokowi JK. Pola mengancam dan 2 forum hukum tak berhasil, kubu Prabowo nbahkan kini lanjut terus ke Mahkamah Agung (MA) dan Mabes Polri. Hm.. gak habis-habis ya..? Yuuk.. mariii.. lanjut terusss...

Ternyata, dari apa yang dipertontonkan kepada kita oleh para politisi maupun para pendukungnya juga, jika kita mau belajar, kita dapat membedakan bahwa usia tidak sama dengan dewasa, pendidikan tinggi tidak sama dengan pintar dan pintar tidak sama dengan bijaksana. Ya, bisa jadi saya bias karena mendukung Jokowi JK dan lebih mudah melihat hal tersebut terjadi pada Prabowo, para politisi dan pendukungnya. dari berbagai sikap, pernyataan dan status di bebagai media sosial atas berbagai hal seputar Pilpres. Tentu, saya yakin bagi teman-teman saya pendukung Prabowo, mereka juga akan dapat menilai hal yang sama terjadi para pendukung Jokowi JK yang membela pilihannya secara berlebihan, walau sepertinya jumlahnya jauh lebih sedikit, dibanding apa yang terjadi di Kubu Prabowo.

Mumpung masih menjadi issue hangat, Akhir-akhir ini Jokowi banyak diserang seakan-akan ingin menaikkan harga BBM. Berbagai berita hingga status banyak pendukung Prabowo memberitakan atau menshare pendapat tokoh panutan mereka Jonru, membuat gerah orang yang mengerti masalah BBM terkait langsung dengan subsidi BBM yang tidak cukup hingga akhir tahun kecuali BBM dibatasi hingga menimbulkan kelangkaan dibanyak tempat seperti yang kita lihat. Membiarkan beban ini ditanggung Pertamina misalnya jelas tidak mungkin karena beban subsidi Pertamina yang harus menanggung pembelian BBM impor rata-rata Rp 17 trillun sebulan dan jika empat bulan saja enggak dibayar pertamina harus menanggung Rp68 triliun. Belum lagi beban harga Elpiji 12 Kg yang jika tidak dinaikkan akan merugikan Pertamina sebesar Rp 6 trilliun. Sekedar berbagi tentang pandangan Prabowo soal kenaikan harga BBM, biar jelas, silahkan baca beritanya dan klik disini. Bahkan Prabowo sendiri juga menyatakan perlu menaikkan harga BBM. So jika kemarin Prabowo memenangkan Pilpres, sangat mungkin dia juga akan bersikap sama dengan Jokowi yang mengharapkan SBY tidak plin plan dan main aman sendiri dengan menggantung masalah BBM ini dan membiarkannya menjadi bom waktu diawal masa pemerintahan yang baru nanti. Masalah ini adalah masalah rakyat negeri ini, siapa pun Presidennya.

Ok, setidaknya kita rakyat negeri ini banyak belajar dari Pilpres ini; usia tidak sama dengan dewasa, pendidikan tinggi tidak sama dengan pintardanpintar tidak sama dengan bijaksana. Semoga besok-besok dalam Pilkada atau Pileg dan pilpres yang akan datang kita dapat memilih para Politisi yang lebih baik dan tidak seperti membeli kucing dalam karung.

Selanjutnya yang masih pada belum beranjak ditinggal aja dan kita, rakyat Indonesia akan move on karena banyak masalah besar negeri ini yg kita hadapi dan harus bereskan.

Salam INDONESIA RAYA.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun