Mohon tunggu...
Agustus Sani Nugroho
Agustus Sani Nugroho Mohon Tunggu... Advokat, Pengusaha -

Lawyer, Pengusaha, Penulis, Pemerhati masalah sosial budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Hasil Debat Cawapres Berimbang, Namun JK Lebih Cerdas

30 Juni 2014   07:40 Diperbarui: 18 Juni 2015   08:12 528
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Cukup senang melihat debat Cawapres kali ini (30 Juni 014). Keduanya, baik Jusuf Kalla maupun Hatta Rajasa cukup taktis dan masing-masing menggunakan pertanyaan-pertanyaan jebakan.

Masing-masing juga cukup tajam melemparkan pertanyaan pemukul pada masing2 Cawapres. Hatta misalnya menanyakan soal program listrik 10.00 MW yang katanya menggunakan teknologi China dan tidak jalan. JK menjawab ketentuannya semua Power Plant dibawah 50.000 MW harus menggunakan atau melibatkan komponen lokal. Sertifikasi Guru yang tidak disebutkan akan dihapus namun diinterpretasikan akan dicabut oleh Hatta, juga langsung dibantah oleh JK. Sementara JK menanyakan sesuatu yang sangat menohok, dimana cucu atau anak Hatta bersekolah, disekolah murah atau mahal.? Semua kita tau dimana anak Hatta bersekolah, dan Hatta tidak menjawab pertanyaan itu. JK kembali mengajukan pertanyaan yang sangat tajam: pertama, apakah anda tau ada kebocoran 3 trilliun perhari ? Kedua, karena korupsi itu pasti dilakukan oleh penyelenggara negara, apakah penyelenggara negara itu sudah sedemikian jeleknya SDM kita sehingga bisa terjadi begitu besar kebocoran yang dikemukakan itu ? Hatta menjawab soal apa yang dimaksud dengan bocor namun  sama sekali tidak menjawab kedua pertanyaan tersebut.

Hatta beberapa kali menggunakan pendekatan konseptual "Triple Helix". Catatan, dari International Triple Helix 10th International Conference 2012, konsep "Triple Helix ", memiliki tiga kondisi dasar sebagai berikut:


  1. Perguruan tinggi /lembaga litbang memiliki peran untuk menghasilkan inovasi-inovasi teknologi. Pada suatu masyarakat berbasis pengetahuan di negara-negara berkembang, posisi kalangan akademik ini adalah sederajat dengan entitas industri dan pemerintah;
  2. Ketiga kalangan tersebut -- akademik, bisnis, pemerintah -- memiliki motivasi untuk meningkatkan dinamika dan daya kesinambungan ekonomi. Hal ini memperkuat munculnya suatu kondisi di mana berbagai proses kemunculan kebijakan inovasi semakin sering merupakan hasil interaksi antar elemen masyarakat dan bukan lahir sebagai sekedar usulan pemerintah saja;
  3. Negara-negara berkembang saat ini tengah mengalami kendala dalam mendorong agar masing-masing kelompok akademik, bisnis, dan pemerintah untuk mengambil peran secara lebih aktif, sedemikian rupa hingga ketiganya mampu memperluas potensi daya inovasi diri sendiri


Sementara banyak rakyat yang masih bingung tentang apa itu Triple Helix, JK sepertinya tidak terlalu menekankan pada konsepnya itu sendiri namun langsung masuk pada penekanan cara bagaimana teknologi tersebut dapat diaplikasikan dengan masuk langsung pada pendekatan pemberian insentif perpajakan bagi swasta yang membantu pengembangan ilmu dan teknologi itu.

Sementara Hatta menekankan pembangunan infrasutruktur dasar sebagai elemen yang paling penting dalam proses pembangunan, JK justru menekankan Revolusi Mental yang berarti percepatan peningkatan kualitas manusia Indonesia dalam arti penghilangan hambatan birokrasi. Apalah artinya ada pembangunan infrastuktur jika manusia Indonesia tetap tidak meningkat kualitasnya. Korupsinya juga akan makin besar disamping menghambat pembangunan itu sendiri tanpa perubahan mental yang dimulai dari pimpinan-pimpinan di negeri ini. Lagi-lagi sementara Hatta masih bicara di tatanan konsep, JK sangat praktikan, langsung pada penyelesaian masalah.

Menarik closing statementnya hatta yang menekankan pada pentingnya pembangunan manusia sebelum SDA kita habis. Lha justru karena itu titik berat program Jokowi-JK pada manusia dan bukan pada penanganan kebocoran-kebocoran kekayaan negara yang didengung-dengungkan Prabowo selama ini. Berarti secara tidak langsung pasangan Prahara setuju lagi, nih dengan konsep Jokowi-JK ?

Saya menilai masing-masing Cawapres cukup menguasai dan berimbang dalam debat kali ini. Namun Hatta masih lebih banyak berbicara dalam tatanan konsep, sementara JK terlihat lebih  komprehensif dan aplikatif. Dalam aspek pendidikan sementara Hatta hanya bicara dalam tatanan ilmu dan teknonogi, JK lagi lagi lebih praktikal dan aplikatif. Misalnya JK mengatakan sebaiknya cerita2 si kancil yang suka menipu di hapuskan karena lebih menekankan pada moralitas dan bukan sekedar perbaikan intelektualitas.

Dengan cara pendekatannya yang lebih aplikatif, JK lebih berhasil menyampaikan pemikirannya kepada publik dan ditambah dengan pertanyaan-pertanyaannya yang tajam dan beberapa tak terjawab oleh Hatta, saya menyimpulkan dalam debat ini JK lebih cerdas.

Demikian pengamatan saya tentang debat Cawapres kali ini.

Karenanya saya mantap dengan pilihan Pasangan Capres-Cawapres No.2, Jokowi-JK.

Salam 2 jari.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun