Mohon tunggu...
Agustus Sani Nugroho
Agustus Sani Nugroho Mohon Tunggu... Advokat, Pengusaha -

Lawyer, Pengusaha, Penulis, Pemerhati masalah sosial budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Ketika Lembaga Tinggi Negara berisi Papa minta ini itu

22 November 2015   10:45 Diperbarui: 22 November 2015   11:41 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Ketika anggota lembaga tinggi negara harusnya memang berisi para negarawan yang mengerti ada hukum dan etika dinegara ini, dan tentunya akan berusaha menjaga wibawa institusi dan dan membela negaranya. Namun realitas menunjukkan beberapa orang ternyata tak peduli hukum dan etika, dan malah memilih sekedar membela teman atau jangan-jangan hanya membela yang bayar. Dan, mereka adalah orang-orang yang bisa duduk disana karena dipilih oleh sebagian rakyat negeri ini juga.

So, dimana sesungguhnya akar permasalahannya ? Orang-orang seperti itu sangat mungkin dipilih oleh orang (sebagian rakyat) yang sama sekali tidak tau dan tidak mengerti siapa yg mereka pilih. Sebagian juga memilih karena dibayar, berdasarkan kesukuan atau sekedar terkesan sama agamanya semata atau sekedar populer semata. Kita tak akan bisa menghilangkan orang aneh yg cenderung berfikir dan bertindak hanya untuk kepentingannya dan kelompoknya sendiri itu dari lembaga-lembaga negara jika masih aja ada yg memilihnya. Bahkan orang-orang sepeti ini pula yang masih mendapat tempat terhormat di partai-partai politik yang memberinya panggung sekaligus memanfaatkannya. Mengapa ? Karena masih akan ada rakyat yang lugu dan polos akan mendukung mereka atau dapat dibayar untuk memilih mereka.

Kuncinya, menurut saya, secepat mungkin mensejahterakan dan mencerdaskan seluruh rakyat negeri ini. Jika rakyat sudah cerdas, apa ya ada yang bakalan milik si FZ, FH atau SN itu misalnya ??? Disaat arus informasi memang mulai mengalr deras ke masyarakat, ada banyak media pun beraliansi dan cenderung mencari pembenaran atau mendukung politisi-politisi yang menjadi afiliasinya. Dan, karenanya, proses mensejahterahkan dan mencerdaskan bangsa ini memang tidak mudah selain perlu waktu.

Jadi sementara ini, walau tetap harus berusaha mencegah, kita harus sabaaaaar melihat adegan2 Papa minta Gedung Baru, Papa minta Poliklinik Super baru, Papa minta Tambahan Tunjangan Besar, Papa minta Kasur baru, Papa minta jatah proyek, Papa minta jatah uang preman, Papa minta saham, dan sejenisnya.

Tetap waspada..

Salam Indonesia Raya.

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun