Mohon tunggu...
Agustus Sani Nugroho
Agustus Sani Nugroho Mohon Tunggu... Advokat, Pengusaha -

Lawyer, Pengusaha, Penulis, Pemerhati masalah sosial budaya

Selanjutnya

Tutup

Politik

Jonru Mungkin Dinilai Pahlawan oleh PKS (dan para pendukungnya) Namun Justru Menjadi Penghancur

25 Agustus 2014   18:43 Diperbarui: 18 Juni 2015   02:36 9225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
photo Jonru03_zps5d98d39a.jpg

Tak dapat ditampik Jonru sedang naik daun dan pernyataan-pernyataannya sangat diminati oleh banyak pembaca atau follower-nya dari kalangan pendukung PKS khususnya dan umat Islam lain juga. Kemarin saya "terbaca'' postingan Jonru juga tentang Jokowi yang katanya dulu tidak mau BBM naik sekarang minta naik. Saya tidak pernah sengaja membuka, apalagi mengikuti pernyataan2 Jonru, namun cukup banyak teman saya (pendukung PKS terutama) yang kemudian men-share tulisannya tanpa disensor dan dipikirkan sama sekali. Dan, yang lebih saya sayangkan adalah cukup banyak yang melakukan itu adalah orang-orang yang saya tau persis berpendidikan tinggi yang sepatutnya memiliki tingkat intelektualitas dan kemampuan mengakses informasi yang cukup untuk dapat memperoleh infomasi-informasi yang benar dan lebih masuk akal. Karena merupakan statement yang menyesatkan selain karena bukan itu yang dikatakan Jokowi, masalah BBM ini adalah masalah seluruh rakyat Indonesia. Komentar saya di laman teman itu, kemudian dikecam oleh orang yang menurut saya mampu menggunakan intelektualitas dan kemampuan mengakses informasinya yang cukup seakan-akan saya adalah pembela "buta" Jokowi. Saya memang memilih Jokowi dibandingkan Prabowo dan saya punya banyak alasan yang logis dan masuk akal atas pilihan saya. Justru yang mengecam saya adalah pembela "buta" Prabowo yang sudah tertutup mata, hati dan pikirannya; sibuk terus mencari-cari kelemahan kecil Jokowi bahkan hingga bila perlu fitnah pun ditelan mentah-mentah, sementara berbagai masalah besar di tokoh yang dibelanya atau para pendukungnya sama sekali tak terlihat. Setelah terpilihnya Jokowi, saya (dan saya yakin cukup banyak relawan Jokowi lainnya) walau mendukungnya sebagai Presiden, juga akan tetap kritis memberi masukan atau kritik kepada Jokowi. Lalu tentu saja Jonru protes, karena menurutnya itukan kritik dan kritik tentu baik ? Mengkritik dengan maksud mencari solusi yang baik atau lebih baik akan berbeda sekali dengan sekedar memperkeruh suasana. Jika ingin melihat motivasi Jonru menulis sebuah pernyataan atau membagi sebuah link, kita juga bisa melihat statusnya yang seperti ini dan menilai sendiri:

Maksud lo ?? Dalam kaitan itu saya menegaskan dalam komen saya: "Saya yang mengatakan. Dan saya memang memilih Jokowi dibanding Prabowo. Tentu jika harga BBM bisa tidak naik lebih baik. Dan lihatlah apa yg terjadi seminggu terakhir kelangkaan bbm bersubsidi terjadi dimana-mana. Ini juga bukan masalah Jokowi saat ini tapi akan segera menjadi masalahnya di Oktober nanti. Ini bukan soal mati2an membela Jokowi atau kalian yang mati2an mencela Jokowi. Ini persoalan seluruh rakyat negeri ini. Subsidi BBM 70% dinikmati oleh pemilik mobil (dan tidak membantu petani, nelayan, pengusaha kecil atau sektor2 produktif). Kalau dalam APBN yg disusun SBY nilai subsidi sudah ditentukan jumlah dan penggunaannya dan tidak bisa berubah ya pilihannya cuma pembatasan BBM spt yg mulai dirasakan sekarang atau menaikkan harga BBM. Beberapa kebijakan yg "fundamental" memang harus ditata ulang. SBY marah dibilang meninggalkan time bom, tapi tidak mengambil tindakan yg real dan cenderung menunda pengambilan kebijakan tidak populer di bidang Migas. Entah ada apa yang sesungguhnya terjadi dibalik semua itu. Berharap KPK segera mengusut tuntas kasus2 di bidang ini hingga tuntas dalam waktu dekat agar kita bisa menilai secara lebih objektif. Kemunduran Dirut Pertamina juga jadi tanda tanya. Barangkali nanti pd waktunya akan dapat lebih jelas terlihat apa yang sesungguhnya terjadi. Apa memang tidak ada hubungan dgn issue kenaikan harga Elpiji dan issue tunggakan subsidi BBM pemerintah yg sRata-rata tunggak subsidi satu bulan Rp17 triliun. Kalau empat bulan enggak dibayar, maka pertamina harus menanggung pembelian BBM impor yang rata-rata Rp 17 trillun sebulan dan jika empat bulan saja enggak dibayar pertamina harus menanggung Rp68 triliun. ..?" Kita juga harus tau apa yang sesungguhnya terjadi karena sebelumnya, menurut santer diberitakan bahwa dana subsidi hanya akan cukup sampai Desember tahun ini jika kita tidak melakukan penghematan pemakaian BBM bersubsidi. Bahasa PR (Public Relation) yang digunakan pemerintah BBM bukan langka tapi dibatasi dan dialihkan ke yang non subsidi. Kenyataan dilapangan ? Sama; dibanyak tempat, ya langka, ya dibatasi, antrian panjang dan lama. Eh.. pagi ini, saya terbaca lagi sebuah statement Jonru di akun teman saya lainnya yang menurut saya terkesan membahas soal tauhid namun kalimat awalnya, namun justru sangat2 menyesatkan dan cenderung menghasut umat islam di negeri ini di baliknya.
photo Jonru02_zps5703412d.jpg
photo Jonru02_zps5703412d.jpg
Kalimat pertama dibagian paling atas dalam gambar yang disajikannya(yang menyatakan bila bendera RMS dan OPM tidak berbahaya tidak dituduh teroris, dibrerangus, ditangkap dan dibunuh sementara jika mengibarkan bendera ISIS dengan keji dapat di berangus, ditangkap & dibunuh secara keji) SANGAT MENYESATKAN. Negara ini punya catatan sejarah cukup panjang memerangi pemberontakan RMS dan OPM. Negara juga berperang menghadapi pemberontakan mereka yg ingin memisahkan diri dan membentuk Negara Islam di negeri ini. Bendera adalah lambang negara atau organisasi atau pergerakan. Negara ini beberapa kali diserang oleh para teroris dan membunuh banyak orang-orang tidak berdosa. Negara betul mulai mendata dan menangkap lalu diperiksa (bukan ditahan tanpa dasar hukum) karena memang itulah tugasnya aparat penegak hukum untuk melindungi seluruh rakyat dan negeri ini; namun negara ini belum pernah memproses menahan menjadikan tersangka dan mengadili apalagi membunuh anggota ISIS dengan keji sebagaimana dikatakan Jonru itu (walau ia kemudian menggunakan kata-kata hipotetikal untuk melindingi dirinya dengan kata "jika", hal itu tidak menghapus upaya menghasutnya yang sangat kentara). Tidak pernah dan tidak ada prosedur yang demikian di negara hukum ini. Mengapa Jonru yang selalu cenderung membolak balikkan fakta, menghasut, menyesatkan dan memecah belah rakyat dinegeri ini malah terus menerus dijadikan acuan dan referensi berbagai kalangan khususnya pendukung PKS ? Sekilas terkesan seakan dia melakukan hal-hal yg baik dan membela islam namun sesungguhnya dia hanya merusak islam dan justru akan menghancurkan PKS sendiri. Lama-lama mulai terfikir siapakah Jonru yg sebenarnya atau siapa dibalik dan menyusupkannya untuk terus memutarbalikkan fakta dan menghasut umat Islam ? Tapi kita gak boleh menyimpulkan apalagi menuduh seseorang sebagai tukang menghasut apalagi memfitnah. Oke. Tapi bagaimana dengan statusnya sebelumya ?
photo Jonru03_zps5d98d39a.jpg
photo Jonru03_zps5d98d39a.jpg
Negara ini perlu dijaga dan kita sudah mempunyai payung hukum untuk memerangi gerakan terorisme seperti ini. Yang harus dipertanyakan adalah pola-pola yang digunakan Jonru untuk mempertanyakan kebijakan pemerintah dan aparat penegak hukum untuk melakukan langkah-langkah preventif terhadap Teroris yang seharusnya justru perlu didukung.  Itu pun aparat mendapat masukan dari masyarakat yang memang menginginkan perdamaian di negeri ini. Eh kok malah Jonru mempertanyakan ? Apa yang ingin anda capai Jonru ? Teroris adalah teroris, musuh kita semua yang cinta damai. Sama halnya dengan saat kita semua harus memikirkan solusi harus diapakan masalah subsidi BBM kita yang terbatas dalam APBN untuk tahun ini bahkan untuk tahun depan, Jonru mengatakan "Saya tidak berharap SBY menaikkan harga BBM sekarang. Itu tugas Presiden yang baru. Pak SBY cukup fokus mempersiapkan masa pensiun sambil rekaman album terbaru."Maksud lo ???  kondisi ini  juga sama pada saat negeri ini sibuk memerangi korupsi dan mencoba menerobos kebuntuan penegakan hukum oleh aparat penegak hukum yang ada melalui KPK, Fahri Hamzah dan PKS sibuk menyerang PKS dan menyuarakan pembubarannya. Padahal kalau pun ada Elit PKS yang ditangkap KPK justru paling sedikit dibandingkan elit partai-partai pain termasuk partai penguasa yaitu Partai Demokrat, atau PDIP, dan Golkar yang jauh lebih banyak elit atau kadernya yang ditangkap KPK karena korupsi. NKRI sudah bulat dan jadi pilihan bangsa ini. Saya juga beragama Islam. Jangan terus mencoba membenturkan umat islam dengan negara atau dengan umat agama lain di negeri ini. Jangan terus membodohi dan menyesatkan umat islam untuk kepentingan pribadi atau kelompoknya sendiri. Negara dan bangsa ini bukan miliknya atau sekelompok orang dengan kepentingannya sendiri itu saja, tapi milik SELURUH rakyat Indonesia. Jika Jonru, Fahri Hamzah atau tokoh-tokoh PKS mau pun fungsionaris resmi PKS terus menerus menggunakan Islam sebagai dagangan politik untuk kepentingan kelompoknya dan menggunakan pendekatan-pendekatan yang terus menerus digunakan orang-orang seperti Jonru atau Fahri Hamzah dan beberapa fungsionaris partai itu serta para pendukung fanatiknya, sebagai orang islam yang telah kehilangan simpati dan harapan saya pada PKS, saya cuma ingin menyampaikan bahwa hal yang kalian nilai sebagai bentuk perjuangan dan mungkin kepahlawanan itu, jika tetap diteruskan, justru akan menghancur kan PKS itu sendiri. Bagaimana dengan Islam? Tidak usah khawatir. Islam, Tuhan, Surga (atau neraka) bukan milik PKS sendiri. Juga bukan milik partai-partai yang menggunakan plaform Agama Islam sebagai basisnya.  Agama yang Rahmatan lil Alalmin ini akan terus berkembang dan dijaga oleh banyak umat islam lain yang tidak ingin agama besar ini kemudian dibelokkan nilai-nilainya oleh kepentingan politik kalian yang sempit itu. Islam tidak koruptif (dan akan senang dengan kuatnya gerakan anti korupsi di negeri ini), bisa berdakwah dengan damai (bukan dibenturkan), tidak menyesatkan (apalagi menggunakan cara-cara fitnah). Salam INDONESIA RAYA. *Sebuah catatan dari seseorang yang "dulu" pernah menilai dan berharap PKS dapat memainkan peran dan memberi warna positif dalam perpolitikan di Indonesia. Sekarang saya tidak lagi melihat ada harapan itu akan terjadi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun