Perasaan dulu habis mengecam "Revolusi Mental" yang dicanangkan Jokowi. Kini setelah melihat video pemukulan dan pengeroyokan seorang anak SD di Bukit Tinggi oleh teman2 sekolahnya yang menghebohkan baru-baru ini, Fahri Hamzah, Wakil Sekjen PKS ini kini menyatakan:
"Kalau saya jadi Pak Jokowi yang dia sebut revolusi mental itu harus mulai dia jabarkan"
Sementara masalah mentalitas yang sangat merusak bangsa dan negara ini adalah Korupsi. Bahkan karena demikian membahayakannya, korupsi dikategorikan sebagai sebuah "Kejahatan Luar Biasa" atau biasa dikenal dengan Extra Ordinary Crime. Kejahatan ini setingkat dengan kejahatan terorisme dan narkoba. Namun entah kenapa tokoh PKS, Fahri Hamzah ini dari dahulu hingga sekarang masih juga getol mencoba melemahkan bahkan jika mungkin membubarkan KPK, sebuah lembaga yang diandalkan negeri ini untuk mendobrak kebuntuan penanganan berbagai kasus korupsi di negeri ini.
"Delapan tahun sudah, KPK gagal menjawab untuk menangani korupsi sistemik padahal DPR sudah memberikan dukungan luar biasa,"
Demikian ucapan Fahri sebagaimana dikutip media beberapa tahun lalu. Pola-pola yang dilakukan Fahri itu terus berlanjut hingga kini dan sempat membuat geram KPK juga dan dalam satu kesempatan Johan Budi, Jubir KPP mengatakan:
"Kalau Fahri Hamzah ingin membongkar apa yang dia sebut soal KPK itu harusnya dibuka saja. Jangan menebar kebencian pada KPK, buka saja kalau memang ada kebusukan KPK, biar publik menilai sendiri"
Sungguh melihat kicauannya yang terus menerus, publik patut mempertanyakan logika dan motif dibelakang Fahri Hamzah dalam berpikir dan berbicara. Ada apa sesungguhnya denganmu Fahri ? Apa kesaksian Direktur Keuangan Nazarudin, Yulianis,  dalam kasus Hambalang yang menyebut-nyebut pemberian sejumlah uang kepadamu yang membuatmu gusar ? Dulu Elit PKS ini juga yang menyatakan "Sinting" saat Jokowi menggulirkan Hari Santri.
Kini dengan kejadian penyerokokan siswi SD di Sumbar, Fahri malah minta segera dijalankannya Revolusi Mentalnya Jokowi, sementara Jokowi saat ini masih belum dilantik jadi Presiden RI dan mulai bekerja. Tidakkah Fahri berfikir penerapan revolusi mental yang dulu dikecamnya itu selain menunjukkan ketida-konsistenan cara pikir dan logikanya juga dapat menyinggung  Gubernur Sumbar saat ini, Prof. Dr. H. Irwan Prayitno, SPsi, MSc, adalah juga yang berasal dari PKS dikenal sebagai seorang yang akrab dengan dunia pendidikan dan pendiri Yayasan Pendidikan Adzkia ? Atau mengapa Fahri tidak bertanya kepada beliau bagaimana seorang ahli pendidikan dan seorang kader PKS seperti beliau dapat menghasilkan terjadinya bullying yang sangat tidak mendidik itu disebuah SD di wilayahnya ?
Kini mungkin kita patut mempertanyakan apakah istilah "Sinting" yang dulu digunakan oleh Fahri Hamzah itu bukannya lebih cocok dipergunakan untuk dirinya sendiri ?
Fahri, segala permasalahan korupsi dan mental anak negeri inilah yang menyebabkan kami sebagian besar rakyat negeri ini mendukung Jokowi JK dengan Revolusi Mentalnya. Senang mendengar pendapatmu kini mendukung Revolusi Mental yang akan dijalankan nanti setelah Jokowi dilantik. Tapi sabarrrr ya, dia belum dilantik. Semoga pola pikirmu yang sering tidak jelas dan tidak konsisten itu tidak terus terbawa dalam peranmu kini sebagai salah satu Pimpinan DPR RI.