Mohon tunggu...
Agus Tulastyo
Agus Tulastyo Mohon Tunggu... lainnya -

Praktisi periklanan, Pengamat media, Peneliti. "All Truth passes thru three stages: First, it is ridiculed. Second, it is violently opposed. Third, it is accepted as self-evident." - Arthur Schopenhauer; German Philosopher

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi and “The Four Horsemen”; Schizopolitics (Bagian 2)

12 September 2014   16:16 Diperbarui: 18 Juni 2015   00:54 1006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1410487634356082198


“A Statesman makes Equilibrium, for the sake of the people; A Politician produces Pandemonium, for the sake of his Potbellies

- I Say

Ketika sebuah kekalahan sekelompok institusi dalam pertarungan politik menjadi personal, maka segala tindak tanduk yang mengarah pada mendegradasi dan pendelegitimasian  terhadap pemenang bisa dikategorikan sebagai membalas dendam, bukan hanya itu, tetapi juga Mental Illness dan Moral Turpitude; Paranoid-Schizophrenia. Para politisi menempuh segala cara untuk membalas kekalahannya dan mencoba melumpuhkan atau menetralisir keadaan yang berpihak pada pemenang kompetisi, saat ia menjalankan fungsinya sebagai pemimpin negara, dan dalam rangka pemilihan berikut agar sang pemenang tidak terpilih kembali.

Bagaimana cara mereka melumpuhkan dan menetralisir popularitas dan kekuatan sang pemenang...??? Kuncinya ada di Propaganda dan media massa.

Jika pranata seperti  Presstitute Media masih mereka kuasai maka apapun yang diakukan kelompok ini akan terasa wajar dan masuk akal. Fungsi utama Prestitute Media (baca artikel: Pretitute Media) adalah Brainwashing, yangakibat perilakunya pada masa kampanye, masih kita rasakan sampai saat ini. Siapa kelompok tersebut? Koalisi “Merah Putih”, mencoba menarik kembali proses demokrasi yang sudah berjalan baik dan menjadi salah satu kebanggan negeri ini, untuk kembali pada cara-cara ORDE BARU, sebuah keputusan irasional; Dengan merubah pemilihan pemimpin daerah secara langsung oleh rakyat menjadi oleh DPRD. Ini merupakan strategi awal untuk pemenangan mereka saat pemilihan lima tahun kedepan. Dalih-dalil yang mereka gunakan terasa masuk akal dan berpihak pada rakyat. Selain daripada itu yang harus menjadi perhatian adalah penggunaan nama kelompok koalisi “Merah Putih”, ini benar-benar sangat menyesatkan, sebuah kebohongan besar; Akratic Action. Berlindung dibalik penggunaan kata “Merah Putih” agar terkesan patiotik, tujuan sebenarnya adalah hanya untuk memenuhi nafsu syahwat dan menguntungkan kelompok oligarch.

Perks, Jerks, Berks, Wankers, Wonks” di gedung DPR

Situasi dan kondisi memprihatinkan yang terjadi didalam gedung DPR hari ini, dipenuhinya gedung terhormat tersebut oleh orang-orang dengan kapabilitas dan integritas rendah, terutama mereka yang sedang berjudi melawan demokrasi yang telah mereka bangun sendiri dengan susah payah, hanya untuk kepentingan pribadi dan kelompok jangka pendek. Orang-orang yang pada awalnya hanya sebagai anggota penggembira bersama para politisi “kriminal”, begitu pula yang cerdas dan kapabel, bersama-sama menjadi penyamun mencuri hak rakyat untuk memilih pemimpin di daerahnya sendiri secara langsung; IDIOTIC, MORRONIC, UNPATRIOTIC, HYPOCRITE, PATHETIC, DEMONIC, SCHIZOPHRENICS.

Paling menyedihkan adalah media masa dalam hal ini media televisi, khususnya News TV Station. Hanya ada dua News TV yang paling berpengaruh, tapi keduanya tampak tidak serius menanggapi persoalan UU ini sebagai persoalan yang signifikan bagi masa depan demokrasi dan kehidupannya. Tidak ada tekanan-tekanan berarti terhadap para Eunuch Politician. Seharusnya mereka mengintensifkan tayangan Talk Show dengan Anchor yang kredibel, cerdas, cerdik, cekatan, kritis dan kapabel untuk menekan kelompok hipokrit yang berlindung dibalik “Merah Putih”, untuk mengurungkan niatnya melukai hati rakyat. Karena seperti dikatakan di atas, Media Massa adalah kunci segalanya untuk pencapaian misi kelompok politisi “kriminal” ini, tapi juga akan menjadi Nemesis bagi mereka jika kelompok ini tidak dapat menaklukannya; Faktanya, kedua media ini terlena kedalam masalah-masalah teknis dengan membahas masalah pembiayaan pemilu dan mekanisme jika disetujuinya UU pemilihan tersebut, atau kelompok koalisi ini sudah dapat mengendalikan kembali sekelompok media massa untuk berpihak, atau memang sengaja membiarkan untuk tidak dibahas karena keinginan sang pemilik.

Sudah jelas UUD mengatur, bahwa pemimpin daerah dipilih dengan sistem Demokrasi. Namun dengan segala kenaifannya para pemandu tak show ini terbawa oleh alunan para politisi “kriminal” ini yang menyatakan bahwa UUD’45 tidak menjelaskan secara detail demokrasi yang seperti apa untuk memilih pemimpin daerah; Humbugged. Demokrasi adalah Government “Of the people; By the people; For the people”-- Abraham Lincoln, The 16th President of United States of America.

Peran media massa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun