triple minority berdasarkan hitung cepat dan rekapitulasi Komisi Pemilihan Umum (KPU) Maluku Utara. Luar biasanya kemenangan Sherly Tjoanda, wanita keturunan Tionghoa dan non-Muslim ini diraih di sebuah kepulauan yang mayoritas Muslim. Lalu siapakah sosok  Sherly yang saat ini sedang menjadi perbincangan publik tersebut?Â
Dinamika politik dalam negeri khususnya yang berhubungan dengan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) memang sering diwarnai dengan kejutan, di antaranya keunggulan seorang kandidat yang menyandangSherly Tjoanda Melanjutkan Cita-Cita Besar Suami
Sosok Sherly Tjoanda tengah menuai sorotan terlebih setelah dirinya yang berpasangan dengan Sarbin Sehe bukan hanya diunggulkan menjadi pemenang Pilkada Maluku Utara versi hitung cepat, termasuk versi Indikator yang mengunggulkan pasangan Sherly-Sarbin dengan perolehan 50,37 persen. Hasil rekapitulasi KPU Maluku Utara pada 9 Desember 2024 menetapkan pasangan nomor urut 04 ini unggul atas tiga pasang kandidat lainnya dengan perolehan mutlak yakni 51,68 persen.
Dilansir dari salah satu video Kompas.com, janda mendiang Benny Laos ini menegaskan akan melanjutkan cita-cita sang suami yang merupakan mantan Bupati Morotai. Kandidat bernomor urut 4 ini tidak menginginkan kepergian suaminya menjadi sia-sia. Ia mengaku menyaksikan bagaimana suaminya membangun Morotai bahkan sering mendampinginya, dan ia ingin pembangunan itu dapat dilakukan pula di kabupaten-kabupaten lainnya.
Adapun suami Sherly sempat menjadi calon gubernur dan mendaftarkan diri ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) Maluku Utara sejak awal September 2024. Sayangnya sang suami meninggal bersama lima penumpang lainnya dalam sebuah kecelakaan speedboat yang terbakar di dermaga Pelabuhan Regional Bobong, Kepulauan Taliabu pada Sabtu (12/10/2024). Sementara itu, 10 korban lainnya termasuk Sherly sempat menjalani perawatan.
Setelah wafatnya Benny Laos, partai pendukung Benny Laos (Nasdem, PAN, Demokrat) memutuskan mengusung Sherly Tjoanda untuk menggantikan sang suami. Tragisnya, sang istri juga menjadi korban kecelakaan dan saat mendaftar ke KPU Maluku Utara masih harus duduk di kursi roda.
Kondisi kesehatan inilah yang menjadi alasan massa yang mengatasnamakan diri sebagai Front Peduli Demokrasi Maluku Utara menuntut KPU membatalkan keputusan atau penetapan pencalonan Sherly sebagai calon gubernur Maluku Utara. Menjawab gugatan tersebut, pihak KPU menjelaskan bahwa pihaknya tidak berwenang menilai kesehatan seseorang, tetapi yang berkompeten adalah dokter atau rumah sakit.
Bukan Hanya Mengandalkan Simpati Masyarakat
Lalu apakah kemenangan sementara Sherly versi quickcount karena mendapat simpati masyarakat? Pengamat sekaligus Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia, Burhanuddin Muhtadi mengakui bahwa tragedi yang menimpa Sherly memang meningkatkan simpati dan popularitasnya padahal ia muncul di bulan Oktober dan langsung meroket elektabilitasnya. Ia mengakui bahwa ini hal yang luar biasa sebab sulit meningkatkan elektabilitas di daerah yang berbentuk kepulauan seperti Maluku yang terdiri dari ribuan pulau. Karena itu menurutnya ada peran media konvensional dan media sosial dalam membantu meningkatkan popularitas Sherly.
Meski demikian, menurut Burhanuddin bukan hanya cerita sedih di balik keunggulannya tetapi Sherly memang memiliki kualitas personal. Diketahui wanita kelahiran Ambon ini merupakan alumni sebuah universitas di Belanda. Ia juga aktif di Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) dan tentu saja PKK dan Dharma Wanita mendampingi suaminya saat masih menjabat Bupati Morotai. Burhanuddin juga mengakui penguasaan Sherly terhadap data-data dan isu-isu terkait teknokratik cukup baik saat debat. Inilah penyebab keunggulan telak Sherly pasca debat. Jadi menurutnya, Sherly bukan sekadar menjual kesedihan tetapi juga karena ia memang memiliki modal sebagai seorang Kepala Daerah.