Awal saya tertarik menulis tentang dampak sosial Pemilihan Presiden (Pilpres) dan Pemilihan Legislatif (Pileg) saat melihat video seorang menantu yang diusir oleh mertuanya karena beda pilihan presiden. Peristiwa ini diberitakan terjadi di Rangkasbitung, Lebak, Banten pada Rabu, 14 Februari 2024. Video menjadi viral setelah diunggah oleh Tribun Network pada 16 Februari 2024.
Berikutnya masih terjadi di daerah Banten, yakni di Pandeglang. Kali ini dua keluarga miskin diusir karena tidak mencoblos calon anggota legislatif (caleg) sesuai arahan pemilik lahan. Mereka sebenarnya mengaku telah mencoblos caleg sesuai arahan, tetapi mereka tetap diminta menunjukkan bukti foto atau video saat mereka mencoblos. Disebabkan  tidak dapat menunjukkan bukti foto atau video dimaksud, maka pemilik lahan mengusir mereka. Demikian diberitakan oleh Official iNews (17/2/2024).
Tekanan kepada Tim SuksesÂ
Selain dua fakta di atas, masih banyak fakta yang diungkap beberapa media tentang fenomena sosial akibat caleg gagal di berbagai daerah di Indonesia. Di antara yang banyak muncul ke permukaan dan menjadi fenomena adalah tim sukses (timses) yang diminta mengembalikan uang atau bantuan oleh caleg yang gagal. Akibatnya, timses ini meminta kembali uang atau bantuan yang pernah diberikan kepada masyarakat pemilih. Hal ini misalnya diberitakan oleh Lintas iNews (19/2/2024) bahwa sejumlah orang mengambil kembali paving blok yang merupakan bantuan dari caleg yang gagal. Hal ini kemudian menjadi komsumsi publik secara nasional karena beberapa media lain juga memberitakannya.
Tekanan mengambil kembali uang atau bantuan dari masyarakat pemilih memang membuat timses mengalami depresi, seperti diberitakan juga oleh Lintas iNews (19/2/2024). Dibeirtakan bahwa dua timses caleg yang gagal di Cirebon, Jawa Barat mengalami depresi. Salah satu timses itu bahkan datang ke Padepokan Al-Busthomi untuk menenangkan diri. Selain menangani secara kejiwaan melalui ruqyah, Pemimpin padepokan Ujang Al-Busthomi juga memberikan nasihat kepada timses tersebut untuk lebih mendekatkan diri kepada Tuhan.
Kedua timses yang disebutkan di atas masih lebih beruntung kondisinya dibanding timses yang stres berat yang juga datang ke padepokan Al-Busthomi. Hal ini sebagaimana tayangan video tvOneNews (19/2/2024). Terlihat seorang pria yang tidak mengenakan baju sedang berusaha ditenangkan oleh caleg yang diusungnya. Pria yang merupakan timses itu terlihat "meracau" agar calegnya segera dilantik. Sesekali ia terdengar mengatakan "istighfar". Berbeda dengan timsesnya, calegnya justru pasrah menerima kekalahan dan mengaku berusaha menemukan hikmah terbaik dari kekalahannya tersebut. Kepada tvOneNews, pimpinan padepokan Kang Ujang Busthomi menyatakan bahwa mereka telah menerima dua caleg gagal, tetapi timses sudah puluhan orang.
Tim Sukses Meminta Kembali Uang "Serangan Fajar"
Hal ini sebagaimana ditayangkan dalam video Lintas iNews (19/2/2024). Diperlihatkan seorang timses yang depresi kemudian meminta kembali amplop "serangan fajar" yang sebelumnya dibagikan di daerah pemilihan (dapil) calegnya yang gagal.
Selain secara baik-baik, ada pula timses yang meminta secara paksa uang "serangan fajar". Hal ini terlihat dalam sebuah video yang juga viral dan diunggah oleh chanel Tribun Jambi (17/2/2024) dari sebuah akun instagram. Terlihat dua wanita yang diduga timses seorang caleg gagal, mengamuk meminta kembali uang "serangan fajar". Mereka menduga isi rumah yang mereka datangi tidak mencoblos caleg yang telah memberikan mereka uang. Tuan rumah dan timses yang datang kemudian terdengar terlibat cekcok, apalagi setelah timses yang datang mengetahui bahwa penghuni rumah justru mencoblos dua caleg lainnya. Akhirnya, penghuni rumah menyerahkan sejumlah uang kepada kedua wanita yang diduga timses tersebut. Kejadian ini terjadi di Karo, Sumatra Utara.