Mohon tunggu...
Agussalim Ibnu Hamzah
Agussalim Ibnu Hamzah Mohon Tunggu... Penulis - Historia Magistra Vitae

Mengajar sambil belajar menulis beragam tema (sejarah, pendidikan, agama, sosial, politik, hingga kisah-kisah inspiratif). Menerbitkan sejumlah buku tunggal atau antologi bersama beberapa komunitas seperti AGUPENA, SATUPENA, MEDIA GURU, KMO, SYAHADAH, AGSI dan SAMISANOV.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berbuat Curang atau Mendukung Kecurangan? Renungkan Kisah di Bawah Ini

13 Februari 2024   19:41 Diperbarui: 14 Februari 2024   03:42 214
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sampul video The Indonesian Institute

Jika kisah pertama untuk mereka yang berbuat curang atau mendukung kecurangan, maka kisah di bawah ini bertujuan untuk menghibur mereka yang kalah karena dicurangi atau dizalimi.

Diceritakan oleh Al Faqih dengan sanadnya yang bersumber dari Abu Said Al Khudri, bahwa ada salah seorang sahabat Muhajirin ingin berbicara empat mata dengan Rasulullah Saw, sendirian agar ia lebih leluasa di dalam mengungkapkan permasalahannya. Maka datanglah ia menemui beliau, yang pada saat itu sedang memimpin pasukannya di Bath-ha.

Saat itu Rasulullah Saw berpatroli ke tenda-tenda pasukannya menjelang Subuh. Ini sudah menjadi kebiasaan beliau. Tetapi pada malam itu beliau tertahan (dari rutinitasnya) hingga menjelang Subuh, karena ketika beliau keluar dan hendak menaiki kendarannya, tiba-tiba sahabat Muhajirin itu mencegat beliau seraya berkata, "Wahai Rasulullah, saya memiliki keperluan yang harus saya kemukakan kepadamu." Beliau bersabda, "Lepaskanlah (kendaraanku) dan kamu akan mendapatkan yang kamu inginkan."

Akan tetapi sahabat itu tidak mengindahkan perintah dari Rasulullah, lantas beliau mengambil cambuk/pecutnya dan mencambukkannya pada badan sahabat tersebut, hal ini dikarenakan kekhawatiran beliau sampai tertinggal dari jamaah shalat Subuh.

Setelah melaksanakan shalat Subuh, beliau menghadapkan mukanya ke arah para sahabat seraya bertanya, "Siapakah di antara kalian yang tadi terkena cambukku?" Beliau mengulangi perkataannya, "Jika orang itu adalah salah satu di antara kalian maka menghadaplah kepadaku." Kemudian sahabat Muhajirin itu berdiri seraya berkata, "Saya berlindung kepada Allah dan Rasul-Nya." Rasul memintanya untuk mendekat kepadanya dan beliau bersabda, "Terimalah cambuk ini, dan pukulkanlah ke badanku sebagaimana aku tadi mencambukmu!" Dijawabnya, "Saya berlindung kepada Allah, tidaklah patut bagiku memukul rasul-Nya."

Lalu beliau mengulang kembali permintaannya, "Tidak jadi masalah, sekarang pukulkanlah ke badanku." Sahabat itu tetap memberikan jawaban yang sama. Lalu beliau bersabda, "Pukulkanlah ke tubuhku atau kau memaafkanku." Sahabat Muhajirin itu lalu membuang cambuk di tangannya serta berkata, "Wahai Rasulullah, aku telah memaafkan engkau." Kemudian beliau Saw. bersabda, "Wahai segenap manusia, bertakwalah kepada Allah, tidaklah seseorang yang berbuat zalim kepada orang mukmin, melainkan kelak di hari kiamat Allah akan membalasnya." Al Faqih kemudian mengutip hadits: Sesungguhnya orang yang dizalimi adalah orang yang beruntung kelak di hari kiamat.

Mengapa Rasulullah Saw mengatakan orang yang dizalimi akan beruntung pada hari Kiamat nanti? Karena dia akan mendapatkan kiriman pahala dari mereka yang telah menzalimi, sementara yang menzalimi akan mendapat balasan yang pedih karena kezalimannya. Jadi orang yang curang atau menzalimi orang lain akan mengalami kebangkrutan pada hari Kiamat kelak karena pahalanya akan diberikan kepada orang yang dizalimi. Itulah sebabnya Amirul Mukminin Umar bin Khatthab pernah mengatakan jika kelaparan melanda negeriku, maka akulah yang pertama harus merasakan lapar, dan jika negeriku sejahtera maka akulah yang akan terakhir kenyang. Amirul Mukminin seharusnya menjadi patron pemimpin terutama jika ia mengaku Islam, bahwa kepentingan umat, rakyat, bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi atau golongan. Itulah sebabnya, pemimpin yang adil akan menjadi golongan yang dirindukan oleh surga, tetapi jika ia menjadi pemimpin yang zalim maka ia bukan hanya akan memikul beban balasan dari Allah tetapi juga akan "didemo" di hari Kiamat oleh orang-orang atau rakyatnya yang telah dizalimi dan dirampas haknya.

Semoga menjadi renungan bagi kita semua, terutama menyambut pesta demokrasi Pemilu 2024, terutama Pilpres esok hari, 14 Februari 2024. Sekali lagi, jangan berbuat curang atau mendukung kecurangan. Renungkanlah bahwa siksa kubur yang pedih sedang menanti, belum lagi pengadilan di hari Kiamat dan ancaman kebangkrutan karena pahala diserahkan kepada mereka yang telah dicurangi atau dizalimi. Semoga bermanfaat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun