Rabu, 14 Februari 2024 sebuah perhelatan akbar pesta demokrasi akan digelar untuk menentukan masa depan bangsa Indonesia. Sebagai sebuah demokrasi sejatinya tidak ada kecurangan, sebab kecurangan adalah sebuah tanda anti-demokrasi. Tetapi berhubung pertarungan antara kebenaran dan kebatilan sudah menjadi sunnatullah atau hukum alam, maka kita harus tetap waspada dengan praktik yang mengandung kecurangan. Semoga menjadi renungan buat kita semua bahwa di saat ada yang berbuat curang maka dia sedang menzalimi orang lain jika tidak bisa dikatakan merampas hak orang lain.
Semoga dua kisah yang kami pilihkan dari kitab legendaris Tanbihul Ghafilin karya ulama besar Al-Faqih Abu Laits As-Samarqandi di bawah ini bisa menjadi renungan bagi mereka yang berbuat curang atau mendukung kecurangan.
Balasan bagi yang Curang atau Mendukung Kecurangan
Kecurangan adalah sebuah kepengecutan atau sikap tidak jantan dan tidak siap menerima kekalahan. Sangat disayangkan, padahal sudah menjadi resiko jika bertanding maka harus siap kalah, bukan hanya siap menang.
Dikisahkan oleh Al-Faqih dari Abu Maisarah bahwa ada salah satu jenazah  yang terbujur di kuburnya didatangi oleh Munkar dan Nakir sambil membawa cambuk dari api (cemeti). Kedua malaikat itu lalu berkata, "Kami akan memberikan seratus cambukan untukmu." Jenazah itu melakukan pembelaan terhadap dirinya seraya berkata, "Dulu sewaktu di dunia aku melakukan ini dan itu (sambil menyebutkan amal shalih yang pernah dikerjakannya)."
Akhirnya ia pun mendapat keringanan, hanya tinggal sepuluh cambukan yang akan dikenakan kepadanya, kemudian ia pun menyebutkan keseluruhan dari amal baiknya (hingga tak tertinggal satupun), maka ia pun mendapatkan keringanan lagi, dan tinggallah satu pukulan yang diperuntukkan baginya.
Kedua malaikat itu berkata, "Kamu berhak mendapatkan satu cambukan ini, dan tidak bisa tidak." Lantas malaikat mengangkat cemetinya dan mencambukkannya pada mayat itu, maka menyalalah api pada kuburnya karena cambukan tersebut. Kemudian mayat itu bertanya, "Kesalahan apakah yang pernah aku perbuat hingga kalian mencambukkan sedemikian rupa?" Mereka menjawab, "Bukankah dulu ketika kamu melewati sebuah jalan dan di situ kamu melihat orang yang teraniaya dan meminta tolong kepadamu, akan tetapi kamu meninggalkannya/membiarkannya tanpa memberikan pertolongan."
Kemudian Al Faqih berkata, "Lantas akal sehat pun berkata, "Jika hanya karena tidak memberikan pertolongan kepada orang yang teraniaya saja seperti ini siksanya, lantas bagaimanakah siksa yang diberikan bagi orang yang berbuat aniaya itu sendiri."
Kisah di atas jika di bawah ke konteks Pemilu khususnya Pilpres, maka jika ingin terbebas dari siksa kubur seperti di kisah di atas maka ada tiga hal yang dapat diamalkan. Pertama, jangan melakukan kecurangan sebab itu adalah bentuk kezaliman terhadap orang lain. Kedua, berikanlah pertolongan kepada mereka yang dicurangi atau dizalimi. Ketiga, jangan libatkan diri dalam membantu praktik kecurangan atau menzalimi orang lain.
Anda Dicurangi? Jadikan Kisah Berikut sebagai Penghibur