Sebagai insan sejarah, saya selalu tertarik dengan dinamika unik yang mewarnai perjalanan Pilpres 2024. Terbaru, terjadi kehebohan pasca seruan Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) agar warga NU tidak memilih capres-cawapres yang didukung oleh Abu Bakar Ba'asyir.
Dikutip dari Kompas.com (15/1/2024) dari akun Tik Tok @aniesvisioner yang sudah diakui kebenarannya oleh putra Abu Bakar Ba'asyir, Abdurrahim Ba'asyir. Tetapi diakuinya bahwa rekaman itu berasal dari handphone seorang jamaah yang merekam suara ayahnya saat menjawab pertanyaan tentang pemilihan presiden (pilpres). Dalam rekaman yang beredar, Pengasuh Pondok Pesantren Al-Mukmin, Ngruki, Solo itu  berkata, "Maka kalau memang tujuan kita ikut pilpres untuk membela Islam itu boleh. Jadi kita perlu mengikuti pilpres ini untuk membela Islam. Caranya yaitu memilih presiden yang paham Islam. Calon presiden kita itu yang paham Islam hanya hanya satu yaitu yang nomor satu namanya Anies Baswedan, itu yang wajib kita pilih."
Pasca dukungan Abu Bakar Ba'asyir menyebar di media sosial, muncul kehebohan, karena dukungannya terhadap pasangan Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar menjadi pemantik Sekjend NU, Syaifullah Yusuf menyerukan meninggalkan Anies-Muhaimin, padahal Muhaimin adalah satu-satunya sosok yang mengalir darah pendiri NU di tubuhnya.
Lalu bagaimana respon Muhaimin atas sikap Sekjend NU, termasuk oleh Ketua PBNU sendiri? Apakah sikap Sekjend NU dapat dianggap mewakili NU secara kelembagaan, atau pernyataan tokoh yang akrab disapa Gus Ipul itu hanya tendensi pribadi?
Kontroversi Dukungan Abu Bakar Ba'asyirÂ
Akibat dukungannya terhadap pasangan Anies-Muhaimin, ajakan Gus Ipul untuk tidak memilih pasangan no. urut 01 ini juga disetujui oleh Yenny Wahid. Anggota Tim Pemenangan Ganjar-Mahfud yang sekaligus putri mantan Ketua PBNU, Abdurrahman Wahid ini mengaku sependapat dengan seruan Gus Ipul, terlepas dari apakah dia sebagai Tim Sukses Paslon lain atau sebagai Sekjend PBNU. Menurutnya, siapapun yang tidak sehaluan dengan ideologi Pancasila tidak boleh diberikan ruang terlalu besar dalam perpolitikan di Indonesia.
Jika bagi Gus Ipul dukungan Abu Bakar Ba'asyir menyebabkan dirinya menyerukan agar tidak memilih Anies-Muhaimin dalam Pilpres dan didukung oleh Yenny Wahid, pihak Kementerian Hukum dan HAM justru meresponnya lain. Menurut Reza Indra Giri, dukungan Abu Bakar Ba'asyir terhadap seorang pasangan calon (paslon) dalam Pemilu menunjukkan bahwa upaya deradikalisasi yang dilakukan pemerintah telah membuahkan hasil, sebab Abu Bakar Ba'asyir sebagai narapidana terorisme mulai mempercayai sistem demokrasi dan pemilu di Indonesia. Oleh sebab itu, menurutnya jika masih ada pihak yang menilai Abu Bakar Ba'asyir sebagai penolak Pancasila perlu memperbaharui pengetahuannya.
Respon Muhaimin Iskandar dan Ketua PBNU
Lalu bagaimana respon Muhaimin Iskandar menanggapi seruan Sekjend PBNU untuk tidak memilihnya bersama Anies Baswedan? Sudah bisa ditebak, Cawapres yang akrab disapa Cak Imin ini menunjukkan kekecewaannya. Bukan hanya kecewa, ia juga menyatakan bahwa ajakan Gus Ipul berlawanan dengan sikap PBNU tentang politik praktis. Ia menilai, sebaiknya PBNU dan Gus Ipul bersikap netral dalam pemilu.
Bagaimana pula dengan komentar Ketua PBNU, Yahya Cholil Staquf? Tokoh NU yang akrab disapa Gus Yahya ini menegaskan bahwa pernyataan Gus Ipul merupakan pernyataan pribadi bukan atas nama lembaga. Dengan demikian, penekanan Gus Yahya ini dengan sendirinya telah menjawab respon Cak Imin tentang sikap Gus Ipul yang dianggapnya bertentangan dengan pandangan PBNU.