Kedua pihak (Israel dan Hamas) sepakat memperpanjang gencatan senjata yang dimulai pada Jumat, 24 Nopember 2023. Perpanjangan itu untuk memberikan kesempatan masuknya bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza sekaligus memperpanjang waktu untuk memaksimalkan pembebasan sandera. Meski demikian, ancaman perang besar sedang membayangi pasca gencatan senjata. Pasalnya Israel sendiri memanfaatkan gencatan senjata untuk persiapan perang selanjutnya sebagaimana pernyataan Juru Bicara Militer Israel, Danial Hagari.
Yordania Siaga Satu di Perbatasan Israel
Beberapa negara telah menunjukkan tanda-tanda bersiap terjun ke perang besar pasca gencatan senjata, terutama yang berbatasan langsung dengan Israel seperti Yordania. Negara ini telah bersiaga satu menyambut perang. Pengerahan pasukan Yordania ke perbatasan Israel merupakan reaksi atas pengusiran warga Gaza keluar Palestina. Yordania bahkan telah menambah jumlah tentaranya untuk bersiaga di sepanjang perbatasan dengan Israel. Bukan hanya pasukan yang disiagakan di seberang Tepi Barat tetapi juga barisan tank dan kendaraan lapis baja yang siap bergerak ke Lembah Yordan.
10 Ribu Tentara Houthi-Yaman Menuju Perbatasan Israel
Selain Yordania, Yaman melalui tentara Houthi yang telah "viral" berbaris bergerak ke perbatasan Israel melalui Arab Saudi. Beberapa media nasional telah memberitakan bahwa sekitar 10 ribu tentara Houthi-Yaman berbaris mengular mendekati perbatasan Israel. Houthi tidak mempedulikan ancaman Israel yang akan menggempur balik Yaman jika terlibat membantu Hamas.
Rusia Siaga di Dataran Tinggi Golan dan Suriah
Selain Yordania dan Houthi-Yaman, Rusia juga sudah menempatkan pasukan dan barisan tank di pos militer mereka di Dataran Tinggi Golan dan Suriah. Pasukan Rusia ini akan sangat mudah menjangkau Israel jika memang terjadi perang besar jilid II antara Israel-Hamas pada tahun 2023 ini. Keberadaan pasukan Rusia ini memberikan pesan kepada Israel untuk menghentikan "genosida" yang dilakukan terhadap Palestina. Keberadaan pasukan Rusia di Suriah tidaklah mengherankan karena sebelumnya pihak Moskow telah mengecam Israel yang melakukan aksi pengeboman terhadap Damaskus.
Rusia juga menerjunkan Tentara Elit "Wagner" untuk membantu kekuatan Hizbullah untuk menggempur Israel. Bahkan Amerika Serikat (AS) sudah mencurigai adanya upaya Rusia memberikan bantuan senjata untuk memperkuat sistem udara Hizbullah di Lebanon atau Iran. Hizbullah sendiri tidak pernah "puasa" menyerang Israel di tengah gencatan senjata Israel-Hamas. Â Hizbullah tidak gentar dengan ancaman Israel yang akan melenyapkan negaranya jika mereka membantu Hamas.
Tentang rencana kerja sama Rusia-Iran, ini merupakan yang pertama dalam sejarah. Terkait hal ini AS telah mempersiapkan sanksi "kontraterorisme" jika Rusia benar-benar melakukan hal ini. Meski demikian, tuduhan AS ini dibantah oleh pihak Rusia.