Mungkinkah sikap AS murni karena kemanusiaan atau juga karena mempertimbangkan tekanan Timur Tengah terutama Iran, Lebanon dan Yaman? Iran memang menjadi negara yang paling sering memperingatkan Israel agar segera menghentikan agresinya. Iran juga memperingatkan AS bahwa dukungannya ke Israel dapat memicu perang meluas ke wilayah lain.Â
Menurut Iran, AS terus memasok senjata ke Israel demi melancarkan perang mereka dengan Hamas. Hal ini sangat berbeda dengan sikap AS yang dianggap tidak peka untuk mengupayakan bantuan kemanusiaan ke Gaza.
Sekutu Iran, Lebanon terlebih dulu memasuki kancah perang terbuka membela Palestina melalui pasukan Hizbullah. Lebanon tidak menggubris peringatan Israel.Â
Sebelumnya, Menteri Ekonomi Israel, Nir Barkat memperingatkan Iran jika Hizbullah tetap ikut dalam perang. Ia bahkan mengancam, para pemimpin Iran tidak akan bisa tidur nyenyak jika Hizbullah berperang melawan Israel. Â
Lebih dari itu, Iran dan Lebanon akan musnah jika tetap memerangi Israel. Pesan Nir Barkat ini memperkuat peringatan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu yang mengancam Hizbullah jika ikut membantu Hamas. Netanyahu mengancam Hizbullah akan mengalami kehancuran yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Diketahui bahwa Hizbullah telah melancarkan serangan ke Israel hanya berselang sehari dari serangan roket Hamas yang memulai Operasi Badai Al-Aqsha pada 7 Oktober 2023 silam.Â
Saat itu Hizbullah menyerang Israel Utara dari perbatasan Lebanon sehingga menimbulkan baku tembak kedua pihak. Di antara senjata Hizbullah yang dipercaya buatan Iran adalah peluru kendali (rudal) berkode 358 yang merupakan senjata anti pesawat dan dipakai menembak drone Israel pada 28 Oktober 2023.Â
Terbaru, 8 Nopember 2023 diberitakan bahwa Hizbullah menyerang bantuan logistik Israel di perbatasan Lebanon sebagai balasan terhadap serangan Israel yang menyebabkan meninggalnya seorang nenek bersama tiga cucunya yang masih balita. Hizbullah lalu mengingatkan Israel tidak akan mentolerir serangan terhadap warga sipil.
Bukan hanya Hizbullah, sayap militer Brigade Al-Quds juga sudah memasuki kancah peperangan disebabkan penolakan Israel atas gencatan senjata. Sayap militer Jihad Islam Palestina ini dipercaya memiliki personil hingga 8.000 prajurit.Â
Kelompok militer yang juga bergerak secara rahasia ini mendapat bantuan pelatihan militer dari Hizbullah dan dukungan senjata dari Iran. Mereka juga telah mengembangkan persenjataan sendiri sebagaimana yang dilakukan oleh Brigade Izzuddin Al-Qassam. Â