Ulasan ini merupakan tulisan ketiga menyambut Muharam, setelah Tragedi Karbala dan Kisah Nabi Adam. Kisah tentang kapal Nabi Nuh hingga siapa keempat putranya yang menjadi nenek moyang banyak ras di dunia kami adaptasi dari sumber terpercaya yakni Qashasul Anbiya Ibnu Katsir.
Sebelum mengetahui peristiwa berlabuhnya kapal Nabi Nuh yang bertepatan dengan bulan Muharam, momen kali ini ada baiknya kita lebih kenal dengan Nabi Nuh dan beberapa peristiwa berkenaan dengan beliau.
Nabi Nuh merupakan keturunan Adam melalui Syaits (putra Nabi Adam setelah Habil meninggal)---lebih tepatnya keturunan ke-9 dari Nabi Adam. Jadi Nabi Nuh bukan keturunan dari Qabil, tetapi dari saudaranya yang bernama Syaits, yang juga seorang Nabi. Nama Syaits ( = pemberian Allah) diberikan oleh Hawa yang berkata, "Aku memberi nama itu karena aku diberi pengganti Habil yang telah dibunuh Qabil." Kepada Syaits inilah, Nabi Adam pernah memberitahukan padanya bahwa akan terjadi banjir besar.
Awal Mula Penyembahan Berhala
Sebenarnya di antara Nabi Adam dan Nabi Nuh terdapat generasi-generasi yang saleh. Tetapi setelah mereka tiada, orang-orang setelah generasi saleh itu membuat patung-patung mereka. Beberapa orang saleh di antara mereka yang dibuat patungnya adalah Wadd, Suwa', Yaghuts, Ya'uq dan Nasr.
Ibnu Abbas dan Ibnu Jarir sepakat bahwa mereka adalah nama orang saleh di antara kaum Nuh. Setelah mereka meninggal dunia, setan membisikkan pikiran jahat kepada kaum mereka untuk membuat sejumlah patung yang diberi nama-nama mereka di majelis-majelis yang dulunya biasa mereka hadiri. Mereka mewujudkan bisikan jahat setan itu, hanya saja patung-patung tersebut belum disembah. Setelah mereka semua mati dan ilmu agama lenyap, patung-patung tersebut mulai disembah.
Lagi-lagi di sini kita mendapat penguatan---sebagaimana kisah iblis membujuk Adam dan Hawa makan buah terlarang---mereka dijerumuskan oleh iblis yang juga telah menjerumuskan nenek moyang mereka dengan menampakkan sesuatu terlihat baik.
Dalam kondisi kaum yang begitu tersesat dengan penyembahan berhala, Nabi Nuh hadir di tengah kaumnya. Meskipun Allah telah mengutus Nabi sekaligus Rasul yang pertama untuk mendakwahi mereka, kaum Nabi Nuh tetap ingkar, kecuali sebagian kecil dari mereka.
Dikisahkan bahwa Nabi Nuh telah menyeru kaumnya dengan berbagai macam dakwah tanpa mengenal waktu, siang dan malam, sepi maupun ramai, sesekali dengan kabar gembira dan kadang dengan ancaman. Namun semua itu tidak membawa hasil. Sebagian besar dari mereka justru tetap sesat, berlaku semena-mena, menyembah patung dan berhala, memusuhi Nabi Nuh setiap saat, menghinanya dan para pengikut yang beriman padanya, bahkan mengancamkan rajam dan pengusiran pada mereka. Â Sulit dibayangkan padahal Nabi Nuh mendakwahi kaumnya selama hampir seribu tahun (950 tahun).