Hampir satu abad sebelum para penjelajah Eropa mengarungi Samudra, seorang penjelajah samudra dari Asia telah melakukannya. Jika penjelajah Eropa mencari benua atau daerah baru untuk dijadikan daerah jajahan, penjelajah Asia ini justru lebih dulu mengunjungi banyak negeri untuk menjalin hubungan perdagangan dan diplomasi.Â
Inilah misi Laksamana Laut ternama dari Tiongkok bernama Cheng He atau lebih akrab disebut Cheng-Ho. Ia mulai memimpin ekpedisi armada Dinasti Ming sejak usianya baru 34 tahun. Usia yang masih sangat muda dibandingkan prestasinya yang sangat mendunia.Â
Memimpin tujuh ekpedisi menjelajahi samudra sejauh 50.000 km dalam rentang 28 tahun (1405-1433)---meliputi tiga pemerintahan Kaisar Ming. Selama kurun waktu itu ia telah mengunjungi banyak negeri di tiga kawasan, Asia, Afrika dan Timur Tengah (sekarang terletak dalam 30 negara). Ia memulai penjelajahannya di usia 34 tahun dan mengakhirinya di usia 62 tahun.
Dikebiri Sejak Remaja Agar Fokus Mengabdi di Istana
Cheng Ho atau Zheng He lahir dengan nama Ma He pada 1371 M di daerah Kun dekat perbatasan Laos dan Myanmar (sekarang bagian dari Propinsi Yunan, China bagian Selatan) atau daratan Asia Tengah, Mongolia. Ia anak ke-2 pasangan Ma Hazhi dan Wen dari suku Hui---etnis minoritas yang identik dengan Muslim.Â
Nama "Ma" sendiri adalah nama marga di Yunan untuk menyebut Muhammad. Ia disebut keturunan bangsawan Persia karena masih cicit dari Sayyid Ajjal Syamsuddin Umar, Gubernur Yunan pada masa Dinasti Yuan.
Saat usianya sekitar 12 tahun, Ma He menjadi salah satu anak yang ditawan oleh Dinasti Ming saat mereka menyerbu Yunan, sementara ayahnya telah dieksekusi menyusul kekalahan Dinasti Yuan oleh Dinasti Ming. Ma He dan anak-anak lainnya dibawa ke Nanjing lalu dikebiri untuk dijadikan Kasim (eunuch) atau abdi di istana.Â
Ma He sendiri diabdikan kepada putra Kaisar Zhu Yuanchang yang bernama Zhu De di istana Beiping (sekarang Beijing) dengan nama San Bao---dalam dialek Fujian bisa diucapkan menjadi San Po atau Sam Po.Â
Ada yang berpendapat bahwa setelah mengabdi pada Dinasti Ming, Ma He berpindah keyakinan dari Islam ke Budha---pendapat ini masih perlu dikaji sehubungan dengan bukti artefak seperti cindera mata yang bertuliskan Ayat Kursi dan makam yang bertuliskan kalimat Bismillahirrahmanirrahim dan Allahu Akbar.
Seiring pengabdiannya, Ma He tumbuh menjadi pemuda dengan postur di atas rata-rata temannya. Badannya tinggi besar bahkan ada yang menyebutnya lebih dari dua meter. Sebuah postur badan yang serasi dengan bentuk wajahnya yang lebar.